BEM FE UPP Pertanyakan Real Action Pemkab Rohul Terkait Corona

Pasir Pengaraian- Gubernur mahasiswa Nur Rohim amat menyesalkan keseriusan Pemkab Rohul atas isu Covid19. Saya dan kawan kawan menyesalkan Pemkab Rohul yang terkesan hanya diam dalam penanganan permasalahan terkait Covid19 ini. Hari ini kita tidak ada nampak bukti aksi nyata Pemkab, ditengah masyarakat yang gelisah dengan Covid19.

Kalau kita melihat di media media sosial, seperti apa kebijakan pimpinan daerah di Indonesia begitu sangat serius nampaknya. Seperti Gubernur Jakarta Pak Anies Baswedan umpamanya, mereka telah menyiapkan hotel untuk para medis, menyiapkan transparansi informasi, menyiapkan rumah sakit cadangan, menyiapkan perubahan anggaran yang fokus pada masalah nyawa manusia, hingga menyiapkan bantuan stimulus untuk para mereka tidak dapat bekerja sebagai tulang punggung keluarga. Semuanya begitu rinci dipersiapkan rasanya, dan kita rasanya begitu ingin melihat pemimpin yang seperti itu sigap dan cepatnya melihat persoalan ini. Namun, di Rohul apa yang dilakukan Pemkab, sampai hari ini saya rasa tidak begitu jelas semuanya. "Ucapnya".

"Kita tahu memang, jika Pemkab sudah membuat edaran, dengan macam macam bentuk, surat keputusan status siaga darurat. Tapi ini kan hanya sebatas surat keputusan. Yang diperlukan masyarakat, tidak hanya ini saja, tapi juga butuh kejelasan aksinya".

Sebagai contoh sederhananya sajalah, sudah berapa banyak masyarakat yang statusnya ODP, walau hari ini alhamdulillah belum ada yang positif. Tapi mereka ODP ini apa tindakan jelasnya?, apakah mereka dikurung dirumah saja lalu dibiarkan, atau ada chek rutin petugas kesehatan per dua hari umpamanya, mereka diberikan vitamin yang cukup, peralatan kesehatan sehingga betul betul ada pengawasan yang mereka sampai tidak terjangkit positif dan penyebaran Covid19. Ini kan semuanya tidak ada kejelasan tindakannya. Maka kami nilai Pemkab tidak peka dengan persoalan ini. "Imbuh Rohim".

"Belum lagi kita lihat bagaimana dampak ekonomi Covid 19 ini, kami ada dengar beberapa kecamatan pasar tradisional nya ditutup, nah bagaimana ini sentuhan Pemkab, beberapa harga seperti Gula Pasir kami dengar sudah tembus angka dua puluh ribu, beberapa kebutuhan seperti buah buahan yang sedikit langka dari biasanya. Apa real action nya ini Pemkab? semua pada gak jelas kami lihat. Sepertinya sunyi senyap saja, entah ada entah tidak kita punya pemkab".

Untuk itu sebagai mahasiswa kami berharap, kepada siapa lagi ini, disampaikan jika tidak kepada penguasa atau pemerintah.Fikirkanlah dengan cerdas nasib masyarakat, karena ini adalah persoalan nyawa dan juga perut masyarakat."harap Rohim". (rIs/fa).