Aksi 22 Mei
BIN Sebut Gories Otak Penangkapan DR Azhari, Baasyir dan Pernah Diincar 70 Teroris

Kiri ke Kanan: Jenderal (Purn) Wiranto, Jenderal (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan, Jenderal (Purn) Budi Gunawan, dan Komjen (Purn) Gories Mere(Foto: Sigapnews.co.id/Ist)
Menurut Staf Komunikasi dan Informasi Badan Intelijen Negara Wawan Purwanto, ancaman terhadap Pak Gories memang lain dari ancaman terhadap tiga jendral lainnya.
Awalnya Wawan mengatakan bahwa motif kerusuhan 22 Mei sudah terpetakan. Yang peristiwa kerusuhan 22 Mei motifnya politik. Sedang teroris motifnya generalis atau umum.
Teroris biasanya memang menyasar aparat keamanan termasuk empat jendral terkait 22 Mei, kecuali Gories Mere.
"Pak Gories ini pernah menjadi target 70 orang teroris. Kira-kira puluhan tahun yang lalu juga sudah masuk (target pembunuhan teroris)." kata Wawan.
Nah, jika sekarang masuk target (pembunuhan) lagi berarti penyebabnya berlapis.
Menurut Wawan Purwanto, kejadian 21-22 Mei sekarang ini link up nya sudah kemana-mana. Ibarat peluru ditembakan mantulnya bisa kemana-mana.
Ia yakin dibalik semua itu ada master mindnya. Sekarang ini sudah mengarah ke sana, master mind.
"Sekarang tinggal mencari pembuktian saja. Hanya soal hukum, jangan ngomong kalau tak ada bukti," ucap Wawan.
Menurut Wawan Pak Wiranto juga sudah mengatakan itu, yakni dalang kerusuhan. Kini tinggal menunggu polisi mengumpulkan bukti.
"Karena tidak mungkin menuduh orang hanya berdasar asumsi," katanya.
Bio Gories Mere
Dirangkum Sigapnews.co.id, Gregorious Gories Mere merupakan lulusan AKABRI Kepolisan pada tahun 1976.
Ia lalu melanjutkan di tingkat Sespimpol pada tahnu 1992 dan Sesko ABRI di tahun 1998.
Menurut Wikipedia, Gories sempat lama bertugas di Timor Timur (saat masih bergabung dalam NKRI, ketika itu masih perwira pertama dan menengah, khususnya di bidang intelijen keamanan (Intelkam).
Oleh karena prestasinya yang prima di setiap medan penugasan, karier Gories pun menanjak dengan pasti
Gories mulai terkenal namanya saat memburu Ratu Ekstasi Zarima di Texas, AS, pada 1996 silam karena kedapatan memiliki 29.667 butir ekstasi.
Selain itu, Gories juga menuntaskan kasus penyanyi rock Ahmad Albar yang terjerat narkoba
Saat terjadi kasus Bom Bali 2002, Gories (saat itu Kombes senior) ditunjuk Kapolri menjadi 'komandan lapangan' (Ketua Tim Penyidik) dalam penanganan aksi teror tersebut, di bawah komando Irjen Made Mangku Pastika sebagai Ketua Tim Investigasi Kasus Bom Bali I.
Sebelum menjadi Kalakhar BNN, Gories sempat menjadi Penanggung Jawab Sementara Kalakhar BNN yang menggantikan Komjen Pol Made Mangku Pastika yang sedang nonaktif dalam rangka Pilgub Bali 2008.
Pada tahun 2011, Bersama beberapa tokoh polisi dan masyarakat, Gories pernah mendapat teror bom buku yang cukup heboh kala itu.
Setelah pensiun dari Kepolisian, bersama Mantan Kepala BIN A.M. Hendropriyono, mendirikan Hendropriyono Strategic Consulting, dengan Gories menjadi CEO.
Gories juga diangkat menjadi Komisaris di perusahaan tambang PT. Darma Henwa Tbk sejak 31 Mei 2013.
Dilansir oleh situs perusahaan Darma Henwa, Gories Mere mengemban tugas sebagai petugas kepolisian sebagai Kasatserse Um Dit Serse Polda Metro Jaya, Kapolres Metro Jakarta Timur, Kadit Serse Polda Jabar.
Ia juga pernah menjabat sebagai Kadit Serse Polda Metro Jaya, Irpolda Nusa Tenggara Timur, Wakapolda Nusa Tenggara Timur, Dirserse Pidana Narkoba Mabes Polri, dan Wakabareskrim Polri.
Ia juga merupakan mantan Kepala Densus 88 yang dituding menjadi dalang penangkapan teroris Abu Bakar Baasyir. Serta terlibat dalam penangkapan teroris Dr. Azhari.
Nama Gories Mere juga pernah disebutkan Abu Bakar Baasyir saat berada di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
"Densus 88 mempunyai pasukan khusus satgas anti bom dibawah komando Gories Mere. Semua saksi-saksi sudah disiapkan dengan tekanan Densus 88.
Dalam kasus Aceh ini orang-orang yang jadi saksi saya juga mengadapi siksaan," kata Abu Bakar Baasyir di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, 2011 silam.
Menjadi sasaran pembunuhan juga bukan kali pertama dialami oleh Gories Mere.
Dikutip dari Antara, saat menjabat sebagai Kepala BNN, Gories Mere pernah dikirimi paket bom.
Bom tersebut berupa buku yang ditujukan untuk politisi Partai Demokrat di tahun 2011. Tak hanya di kantor, di rumah ia juga pernah dikirimi paket bom tersebut.
Saat ini, Gories Mere menjadi Staf Khusus untuk Presiden Joko Widodo sebagai staf khusus bidang intelijen. Ia diangkat menjadi staf khusus pada Juli 2017 bersama dengan beberapa staf khusus lainnya.
Pada waktu itu, pengangkatan Gories Mere menjadi pertanyaan banyak pihak karena banyak yang menganggap tugasnya sama dengan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN). Namun, sampai saat ini ia masih menjabat di posisi tersebut.
Ancam Empat Jendral
Diberitakan sebelumnya, Gories Mere menjadi satu dari 4 tokoh yang diancam dibunuh oleh sekelompok orang dalam aksi 21-22 Mei 2019.
Dalam jumpa pers di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (28/5/2019), Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnvian menyebutkan nama.
Nama Gories Mere menjadi satu di antara 4 tokoh nasional yang disebut Kapolri Tito Karnavian jadi terget pembunuhan kelompok bayaran di aksi 22 Mei, Selasa (28/5/2019).juga termasuk dalam daftar target yang direncanakan akan dibunuh.
Tito menyebutkan, ada 4 tokoh nasional yang menjadi target pembunuhan. Diantaranya: Jenderal (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan, Jenderal (Purn) Wiranto, Jenderal (Purn) Budi Gunawan, dan Komjen (Purn) Gories Mere.
Mereka adalah 4 tokoh yang akan dibunuh oleh kelompok yang beraksi dengan memanfaatkan momen Pilpres 2019.
Dijelaskannya, nama-nama tokoh negara ini berdasarkan keterangan dari para pelaku dalam berita acara pemeriksaan (BAP).
"Dasar kami sementara hanya BAP pro justitia, hasil pemeriksaan kepada tersangka yang sudah kita tangkap. Jadi bukan karena berdasarkan informasi intelijen, beda," jelas Tito dikutip dari tayangan Live tv one.
"Mereka (para perusuh yang ditangkap) menyampaikan nama Pak Wiranto," kata Tito, disambut acungan jari oleh Wiranto yang duduk di sampingnya.
"Terus ada Pak Luhut Menko Maritim, ketiga itu adalah Pak KaBIN (Budi Gunawan), keempat Bapak Gories Mere," sambung dia.
Selanjutnya, Tito menyebutkan ada juga pimpinan lembaga survei yang menjadi target dari kelompok perusuh itu. Namun, Tito tak mau menyebutkan nama siapa yang ia maksud.
"Yang jelas kami selalu sejak awal memberikan informasi, memberikan pengawalan-pengawalan," katanya. (*)
Liputan: Maman Sugiri
Editor : Robinsar Siburian
Editor :Tim Sigapnews