Internasional
Isu Rohingya dan Badai Bakal Ramai pada Sidang Majelis Umum PBB

Retno dan Suu Kyi. (Foto: Sigapnews/Piter)
Antonio Guterres, Sekertaris Jenderal PBB, telah menyatakan secara tegas bahwa pembunuhan dan penganiayaan terhadap warga muslim minoritas Rohingya sebagai salah satu contoh kejahatan kemanusiaan pembersihan etnis.
Isu ini bakal menarik perhatian para peserta sidang umum karena sekitar setengah juta pengungsi Rohingya telah datang ke Bangladesh dari Rakhine State, Myanmar.
Kelompok pegiat hak asasi manusia juga telah mendapatkan sejumlah bukti foto-foto satelit yang secara jelas menunjukkan pembakaran desa-desa etnis Rohingya oleh militer Myanmar dan kelompok Buddha garis keras.
“Saya harap pemimpin negara itu (Myanmar) bisa mengatasi masalah ini dan bisa membalikkan situasi,†kata Guterres seperti dikutip Deutsche Welle.
“Dia (Aung San Suu Kyi) punya kesempatan. Saya kira dia punya kesempatan terakhir.†Suu Kyi merupakan State Counsellor (semacam Perdana Menteri) di Myanmar.
Namun, Cina sebagai pendukung Myanmar terlihat enggan memberikan pernyataan untuk mengakhiri operasi militer.
Pada hari Senin Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson, dijadwalkan bakal memimpin pertemuan para menteri luar negeri mengenai pembersihan etnis Rohingya Myanmar.
Selain isu Rohingya, kehadiran Donald Trump sebagai Presiden Amerika dan tuan rumah acara tahunan PBB ke 72 ini, juga menjadi perhatian.
Trump, 71 tahun, bakal membicarakan salah satu perjanjian yang dianggap sebagai pencapaian signifikan PBB yaitu Kesepakatan Perubahan Iklim Paris 2015.
Ini merupakan upaya global untuk mengurangi emisi karbondioksida dan menurunkan pemanasan global.
Trump juga akan menyoroti sejumlah isu lain seperti perlindungan hak pengungsi dan imigran, perjanjian nuklir Iran dan sebuah perjanjian baru tentang penanganan pelarangan penyebaran senjatan nuklir.
Hari ini Trump akan mengadakan pertemuan untuk membahas perubahan apa yang diperlukan PBB untuk membuatnya lebih efisien dan responsif.
Korea Utara, yang terus menentang keputusan PBB, juga akan menjadi topik dalam Majelis Umum PBB tahun ini.
Kim Jong-un, Presiden Korea Utara, meluncurkan sebuah rudal pada Jumat, 15 September 2017 lalu.
Rudal itu meluncur lebih jauh dari percobaan yang pernah dilakukan sebelumnya.
Peluncuran itu hanya berselang empat hari setelah Dewan Keamanan PBB menjatuhkan sanksi terbarunya.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, perjanjian nuklir Iran juga akan menjadi topik perbincangan.
Trump dan Duta Besar AS Nikki Haley menuduh Iran sebagai pendukung tindakan terorisme dan mengindikasikan AS bakal mengabaikan kesepakatan PBB 2015 yang membatasi aktifitas nuklis Iran.
Sejauh ini Trump terlihat enggan unutk menerima perjanjian itu dan menganggapnya sebagai negosiasi terburuk.
Majelis Umum PBB mengadakan sidang ini untuk menanggapi sejumlah isu besar seperti pembersihan etnis Rohingya bencana kekeringan, banjir dan badai, termasuk dua badai yang terjadi di Texas, Florida dan Karibia pada beberapa pekan terakhir.(*)
Editor :Tim Sigapnews