Diduga Ada Unsur Sabotase, Dr Nazali Lempo Minta Aparat Usut Keracunan MBG

Ketua Umum Gersuma Indonesia, DR. Nazali Lempo, SH., MH., MTr.Oplsa., CHRMP, menegaskan dukungannya kepada pemerintah untuk menyelesaikan Kasus keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG).
JAKARTA - Kasus keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) terus menggemparkan publik. Hingga September 2025, tercatat 6.452 siswa di berbagai daerah menjadi korban.
Lonjakan lebih dari seribu kasus dibanding laporan sebelumnya memunculkan dugaan serius adanya sabotase terhadap program unggulan Presiden Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka.
Ketua Umum Gerakan Suara Masyarakat (Gersuma) Indonesia, DR. Nazali Lempo, SH., MH., MTr.Oplsa., CHRMP, menegaskan dukungannya kepada pemerintah. Ia meminta aparat segera menindak tegas pihak yang mencoba merusak program strategis tersebut.
“Kami berdiri di belakang Presiden. Jangan biarkan program beliau dicederai. Tegakkan hukum, bersihkan oknum, dan pastikan anak-anak Indonesia aman menerima manfaat MBG,” kata Nazali di Jakarta, Kamis (25/9).
Menurutnya, kasus ini tak bisa dianggap sebagai peristiwa biasa.
“Ini bukan sekadar insiden kesehatan. Jika ada yang bermain di balik kasus ini, jelas itu bentuk sabotase terhadap visi Presiden menyiapkan generasi muda agar sehat, cerdas, dan mampu bersaing menghadapi tantangan global,” ujarnya dengan nada tegas.
Persebaran Kasus Meluas
Data lapangan menunjukkan persebaran keracunan kian meluas di berbagai provinsi. Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, menjadi daerah dengan korban terbanyak, yakni 1.333 siswa di Cipongkor dan Cihampelas. Pemerintah setempat bahkan menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB).
Di Lebong, Bengkulu, ada 539 siswa terdampak. Sementara di Rembang, Jawa Tengah, keracunan menimpa 173 siswa SMP, dengan 13 anak harus dirawat intensif.
Kasus lain tercatat di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, dengan 80 siswa menjadi korban. Di Kabupaten PALI, ratusan siswa keracunan hingga dapur MBG ditutup sementara.
Awal tahun, kasus serupa juga muncul di Empat Lawang (8 siswa), Kupang, NTT (11 siswa), serta Mamuju, Sulawesi Barat (10 siswa). Di Jawa Barat, sejumlah wilayah seperti Garut, Tasikmalaya, Cirebon, dan Sukabumi juga melaporkan puluhan hingga ratusan kasus tambahan.
Gersuma Instruksikan Pengawasan Ketat
Nazali yang juga mantan Oditur Jenderal TNI menegaskan Gersuma tidak akan tinggal diam. Ia sudah menginstruksikan seluruh kader di daerah untuk melakukan pengawasan ketat.
“Mandat kami adalah suara masyarakat. Semua kader Gersuma harus melaporkan segera setiap dugaan pelanggaran ke aparat berwenang,” katanya.
Ia menegaskan, “Kami tidak akan membiarkan ada pihak yang mencederai program nasional yang menyangkut masa depan anak bangsa.”
Desakan Investigasi Menyeluruh
Nazali meminta pemerintah dan aparat hukum tidak ragu melakukan investigasi menyeluruh. Baginya, kasus ini menyangkut lebih dari sekadar kesehatan publik.
“Keselamatan rakyat adalah yang utama. Jangan sampai program strategis Presiden yang tujuannya mulia justru dicederai oknum tak bertanggung jawab. Ini bukan hanya soal kesehatan, tetapi juga soal keamanan nasional dan masa depan SDM bangsa,” ujarnya.
Ia menambahkan, semua biaya pengobatan korban harus ditanggung negara. Selain itu, dapur penyedia MBG yang tidak memenuhi standar kelayakan wajib dievaluasi.
“Jika terbukti lalai, harus ditutup segera. Evaluasi total perlu dilakukan. Jangan tunggu korban bertambah,” tegasnya.
Publik Tunggu Ketegasan Negara
Kasus keracunan MBG kini berubah menjadi isu nasional yang memengaruhi sektor kesehatan, politik, dan keamanan. Publik menuntut jawaban apakah insiden ini murni kelalaian atau ada unsur kesengajaan.
Dengan jumlah korban yang terus bertambah, masa depan program MBG ikut dipertaruhkan. Jika benar ada sabotase, maka hal itu sama saja dengan menyerang masa depan generasi muda sekaligus menantang otoritas negara.
Editor :Tim Sigapnews