Konferensi Internasional Paramadina Bahas Demokrasi, Kemakmuran, dan Perdamaian Global

Universitas Paramadina sukses menggelar International Conference on Democracy, Prosperity, Sustainability, and Peace
JAKARTA – Universitas Paramadina sukses menggelar International Conference on Democracy, Prosperity, Sustainability, and Peace: Problems and Prospects di Kampus Cipayung, Jakarta Timur, Rabu (1/10/2025).
Konferensi yang berlangsung selama dua hari ini mempertemukan akademisi, praktisi, dan pembuat kebijakan dari berbagai negara untuk membahas tantangan global sekaligus merumuskan solusi masa depan.
Dalam pidato pembukaan, Rektor Universitas Paramadina Prof. Didik J. Rachbini menegaskan bahwa forum ini bukan sekadar ruang diskusi akademik, melainkan ajang penting untuk melahirkan gagasan konkret menghadapi kompleksitas dunia modern.
“Konferensi ini menjadi wadah bagi kolaborasi lintas negara dan disiplin ilmu. Masa depan yang demokratis, makmur, berkelanjutan, dan damai tidak bisa terwujud tanpa kerja sama global,” kata Prof. Didik.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Paramadina, Dr. Sunaryo, menambahkan bahwa penyelenggaraan konferensi ini adalah wujud kontribusi nyata perguruan tinggi dalam menjawab tantangan zaman.
“Kami ingin menghadirkan ruang dialog yang serius, tetapi juga penuh harapan. Melalui forum ini, akademisi dan praktisi bisa berbagi perspektif serta menawarkan solusi konkret agar demokrasi dan perdamaian tidak sekadar ideal, melainkan realitas,” jelasnya.
Hari pertama konferensi menampilkan pembicara internasional, di antaranya Prof. Dr. Iin Mayasari (Universitas Paramadina), Prof. Benjamin Gregg (University of Texas, AS), Greg Barton (Deakin University, Australia), Mayjen TNI Dr. Oktaheroe Ramsi (Universitas Pertahanan RI), dan Prof. Sumanto Al Qurtuby (Universitas Kristen Satya Wacana). Diskusi dilanjutkan dengan tujuh sesi paralel membedah isu demokrasi, keadilan, dan pembangunan berkelanjutan.
Sesi pleno bertajuk Democracy in Asia menghadirkan Prof. Susmita Sen Gupta (North-Eastern Hill University, India) bersama Associate Prof. Herdi Sahrasad (Universitas Paramadina).
Memasuki hari kedua, tema Democracy and Decolonizing Theories menjadi sorotan dengan menghadirkan Prof. Biswas Prasenjit (North-Eastern Hill University), Pipip A. Rifai Hasan (Paramadina), dan Mayjen TNI Nugraha Gumilar (Universitas Pertahanan). Forum juga diramaikan peluncuran buku kawasan Asia Pasifik oleh Prof. Aleksius Jemadu (Universitas Pelita Harapan) serta Prof. Anak Agung Banyu Perwita (Universitas Pertahanan RI).
Konferensi internasional ini mendapat dukungan dari Bank Central Asia (BCA), Universitas Pertahanan RI, dan Bursa Efek Indonesia. Acara ini menegaskan posisi Universitas Paramadina sebagai pusat pemikiran kritis dan dialog strategis, sekaligus menunjukkan komitmen akademisi Indonesia dalam memperkuat peran bangsa pada perdebatan global mengenai arah peradaban abad ke-21.
Editor :Tim Sigapnews