Penertiban PKL Pasar Pagi Arengka Nyaris Bentrok
Tim Yustisi Kota Pekanbaru membakar kayu-kayu yang digunakan sebagai lapak para pedagang di kawasan Pasar Rakyat Arengka, Pekanbaru, Selasa (10/10/2017).(Foto: Sigapnews/Brian)
Ini merupakan hari ketiga penertiban pedagang yang berjualan di jalur lambat pasar pagi arengka. Situasi penertiban PKL di jalur lambat pasar pagi arengka pada hari ketiga ini berlangsung memanas.
Sejumlah pedagang melakukan perlawanan saat barang dagangan miliknya akan diangkut petugas. Bahkan antara pedagang dan petugas nyaris terlibat bentrokan.
Pedagang menolak ditertibkan karena selama ini mereka mengaku sudah membayarkan uang keamanan. Bahkan pedagang mengaku uang kemanan tersebut juga mengalir ke Satpol PP Pekanbaru meskipun belakangan tudingan pedagang ini dibantah pihak Satpol PP.
Kepala Satpol PP Pekanbaru, Zulfahmi Adrian, Rabu (11/10/2017), mengungkapkan, insiden bentrokan antara pedagang dan petugas tersebut terjadi akibat adanya sejumlah oknum yang mencoba melakukan provokasi.
Sejumlah pedagang kemudian terprovokasi dan melawan petugas. Zulfahmi mengatakan ada upaya sekelompok orang untuk melakukan perlawanan. Situasi saat penertiban kali ini cukup tegang.
"Situasi sedikit memanas dan ada upaya upaya sekelompok orang untuk melakukan perlawanan," katanya.
Suasana berhasil ditenangkan oleh petugas bersama pihak kepolisian setelah dilakukan mediasi. Karena menyalahi aturan, personil Satpol PP terus membuka lapak dan terpal yang menyalahi aturan. Satpol PP juga membakar lapak kayu milik PKL yang nekat berjualan di area terlarang.
Kepala Bidang (Kabid) Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan (Disperindag) Kota Pekanbaru Tengku Firdaus yang ikut dalam penertiban menyebut gesekan antara tim PKL di Pasar Pagi Arengka terjadi karena miskomunikasi.
Ia juga membenarkan pedagang yang biasanya berdagang di jalur lambat menolak untuk dipindahkan ke dalam pasar. Alasannya, biaya yang dikeluarkan untuk membuka lapak di dalam sangat mahal dan sepi pembeli.
"Situasi seperti itu tidak berlangsung lama dan sekarang sudah kondusif. Setalah dimediasi ternyata ini cuma miskomunikasi," kata dia.
Lanjutnya, dari mediasi yang dilakukan diketahui bahwa harga sewa lapak di dalam Pasar Pagi Arengka cuma Rp3,7 juta setahun jika dihitung perhari hanya Rp10.500. Hanya saja yang dikeluhkan sepi pembeli.
"Ini jauh lebih murah jika dibandingkan harga setoran di luar yang berkisar Rp30 ribu setiap harinya," jelas Firdaus.
Ia juga mengungkap, sebenarnya kapasitas atau daya tampung di dalam pasar, sangat cukup untuk menerima seluruh PKL yang ada di luar.
"Dari data kita, daya tampung ada 300 lapak lagi dan Pkl di luar yang tetap ada sekitaran 300," ujarnya.
Pihaknya mengimbau pengelola pasar harus bisa memberikan solusi. Terlebih, pemilik lapak di dalam pasar juga ada yang berjualan di kawasan terlarang.
"Itu tinggal diatur saja. Kita menghimbau pengelola pasar pagi Arengka untuk bersama-sama mencarikan solusi masalah ini. Intinya tidak ada PKL yang di luar lagi," pungkasnya. (*)
Editor :Tim Sigapnews