H. ABDULLAH, M.PD.
Riau, Melawan Lupa Spirit 2 September 1985 yang Tak Pernah Panam

H. Abdullah, M.Pd, Anggota Komisi III DPRD Provinsi Riau
PEKANBARU, sigapnews.co.id. – Tanggal 2 September 1985 menjadi salah satu momen bersejarah yang tak boleh luput dari ingatan masyarakat Riau. Empat puluh tahun lalu, DPRD Riau menjadi saksi lahirnya sebuah proses demokrasi yang mengejutkan Nusantara. Sosok Drs H Ismail Suko tampil sebagai calon gubernur terpilih dengan 19 suara, mengalahkan calon incumbent Mayjen Imam Munandar yang hanya memperoleh 17 suara, sementara Abdul Rachman Hamid mendapatkan satu suara.
Hasil itu melawan arus besar kekuasaan pusat, dan memberi pesan kuat bahwa demokrasi sejati lahir dari suara wakil rakyat.
Peristiwa itu begitu menggemparkan, diliput media nasional bahkan internasional. Meski pada akhirnya H Ismail Suko tidak pernah dilantik sebagai Gubernur Riau, semangat perjuangannya telah membekas.
Spirit itu kini terpampang dalam Monumen 2 September yang berdiri di depan Perpustakaan Wilayah Riau, sebagai pengingat bahwa demokrasi pernah ditegakkan di tanah Lancang Kuning dengan damai, tertib, dan penuh martabat.
Sayangnya, generasi sekarang perlahan mulai melupakan sejarah itu. Padahal, nilai yang diwariskan amatlah besar: keberanian menyuarakan aspirasi rakyat, meski berhadapan dengan tekanan kekuasaan.
Sejarah 2 September 1985 seharusnya menjadi cermin agar demokrasi tetap dijalankan dalam suasana aman, elegan, dan komunikatif, sebagaimana ditunjukkan oleh mahasiswa Riau yang kemarin, 1 September, menyampaikan aspirasi di DPRD dengan tertib.
Dalam refleksi 40 tahun ini, penting untuk mengingat kembali pesan luhur para pendahulu: demokrasi harus dijalankan tanpa paksaan, tanpa kekerasan, dan tanpa memaksakan kehendak.
Riau telah membuktikan bahwa perbedaan suara bisa dikelola dengan damai, selaras dengan adat Melayu yang menjunjung tinggi musyawarah.
Lebih jauh, spirit 2 September hendaknya menjadi pengingat bagi pemerintah pusat untuk memberi perhatian lebih kepada Riau. Tanah ini telah lama memberikan kontribusi besar bagi pembangunan bangsa melalui hasil bumi, khususnya minyak dan gas.
Kini saatnya Riau mendapat balasan berupa kebijakan yang lebih berpihak pada kesejahteraan rakyatnya.
Perjalanan sejarah telah memberi teladan, tinggal bagaimana generasi sekarang menjaga dan mewariskan. Jangan sampai nilai-nilai demokrasi yang damai terkubur oleh lupa. Sebaliknya, mari kita wariskan spirit itu kepada anak cucu sebagai bekal membangun negeri tanpa sekat, tanpa lelah, dan tanpa kotak-kotak kepentingan.
Sejarah 2 September 1985 adalah pelajaran berharga: demokrasi yang sehat hanya lahir dari keberanian, keterbukaan, dan ketertiban. Riau telah memberi contoh. Kini tugas kita menjaganya.
Editor :Rahman