Jangan Biarkan Arogansi Nodai Marwah Negeri Siak, PT SSL Harus Angkat Kaki dari Riau

H. Tengku Syed Muhammad Amin, Ketua Yayasan Zuriat Kesultanan Siak dan pengurus LAM Riau bersama istri.
Pertemuan antara Bupati Siak, Dr. Afni MZ, dengan petinggi PT Seraya Sumber Lestari (SSL), Paulina, yang terekam dalam sebuah video YouTube, menyisakan luka di hati masyarakat Melayu, khususnya Zuriat Kesultanan Siak.
Bukan soal apa yang dibicarakan semata, melainkan bagaimana gaya komunikasi yang ditunjukkan Paulina: ketus, arogan, dan jauh dari adab yang sepantasnya ditunjukkan kepada seorang kepala daerah.
Sebagaimana disampaikan Anton Hidayat, SH, Ketua Tim Fasilitasi Penyelesaian Konflik Hak Hutan dan Tanah Kabupaten Siak, Paulina dengan suara tinggi membentak Bupati, tanpa senyum, dan bahkan menyombongkan diri bahwa dirinya sudah terbiasa menghadapi kepala daerah, punya banyak teman bupati, bahkan gubernur. Sungguh sikap yang tidak hanya mengusik, tapi juga menohok marwah negeri ini.
Tidak mengherankan jika H. Tengku Syed Muhammad Amin, Ketua Yayasan Zuriat Kesultanan Siak dan pengurus LAM Riau, merasa geram. Bagi beliau, apa yang diperlihatkan Paulina bukan sekadar persoalan etika pribadi, melainkan bentuk pelecehan terhadap pemimpin yang dipilih secara konstitusional oleh rakyat.
“Seharusnyalah dia tahu diri, tahu membawa diri, tahu untung diri. Dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Di atas langit masih ada langit,” tegas Tengku Amin.
Antara Investasi dan Adab
Riau, khususnya Siak, adalah tanah Melayu yang menjunjung tinggi adat dan budaya. Masyarakat tentu tidak anti terhadap investasi.
Kehadiran perusahaan dibutuhkan untuk membuka lapangan kerja, menggerakkan ekonomi, dan memberi manfaat bagi daerah. Namun, investasi bukan berarti menyingkirkan adab, apalagi melangkahi kepentingan masyarakat.
Kekayaan alam Riau bukan sekadar sumber keuntungan bisnis, melainkan juga ruang hidup bagi masyarakat yang harus dihormati. Karena itu, wajar jika masyarakat marah ketika ada investor yang datang dengan sikap arogan, tanpa menghargai pemimpin negeri.
Marwah Pemimpin Adalah Marwah Rakyat
Melecehkan seorang bupati sama saja melecehkan rakyat yang memilihnya. Dalam konteks Siak, hal ini lebih sensitif karena negeri ini memiliki akar sejarah dan kebudayaan yang kuat, ditopang oleh warisan Kesultanan Siak. Pemimpin bukan hanya pejabat administratif, melainkan simbol marwah negeri.
Karena itu, sikap Paulina yang arogan terhadap Bupati Siak bukan bisa dianggap masalah pribadi. Ini sudah menjadi masalah kolektif, menyangkut harga diri masyarakat Melayu.
Wajar bila Tengku Amin dengan lantang menyatakan bahwa orang semacam Paulina lebih baik “angkat kaki dari bumi Melayu.”
Seruan Untuk Bersatu
Pesan yang harus kita tangkap dari peristiwa ini jelas: kepentingan rakyat adalah utama. Bupati Siak mesti terus bersuara lantang membela masyarakat tanpa gentar. Dan masyarakat, khususnya Zuriat Kesultanan Siak, sudah menunjukkan komitmen untuk berdiri bersama, membela marwah negeri.
Investasi boleh datang, perusahaan boleh beroperasi, tapi jangan pernah menodai harkat, martabat, dan adat budaya negeri ini. Marwah Melayu adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar.
Penulis: H. Tengku Syed Muhammad Amin
Editor :Tim Sigapnews