Serangan Fajar
Yefrizal SE Ingatkan Bahaya 'Serangan Fajar'
Yefrizal SE.[Foto: Sigapnews.co.id/dokumentasi pribadi]
.
Rupanya, sejak 2004 Yefrizal memang sudah memutuskan maju ke dunia politik. Ia pun kini fokus di dunia politik dengan maju sebagai calon legislatif untuk daerah kota pekanbaru dari Partai Perindo.
Yefrizal, SE, anak Desa siap bertarung di pemilihan Legislatif dari Partai Perindo Nomor urut 7 Dapil Riau 1 kota Pekanbaru dan telah mendapat restu dari ketua Lembaga Adat Melayu Riau, Datuk Syahril Abubakar dan tokoh sekaligus penggagas Visi Misi riau 2020, Brigjend (Purn) H Saleh Djasit, akunya .
Untuk mendapat suara di daerah pemilihan, Yefrizal tak main-main. Bersama timnya, bapak tiga anak itu pun getol mencari dukungan sekaligus memberikan pengetahuan soal pemilu di dapilnya.
"Sebelumnya saya aktif di Jurnalistik. Dari situ saya terlatih untuk tidak lagi pilih-pilih. Saya tidak lagi bertanya yang saya akan bantu, tua atau muda, laki-laki atau perempuan, agamanya apa? Batak atau bukan?," kata Yefrizal kepada wartawan, baru-baru ini.
Dari partai, Yefrizal diberikan tugas untuk memberikan sosialis pemilu cerdas, aman, nyaman, dan damai. Salah satu yang menjadi sorotannya adalah tentang kampanye hitam dan hoaks. Untuk memeranginya, Yefrizal menyebarkan buku, juga panduan kartu suara yang berjudul "Tim Anti Hoax".
"Sebagai rasa tanggung jawab saya untuk meluruskan berita-berita yang tidak benar dan mensosialisasikan kartu suara. Karena semua harus mengerti bagaimana cara mencoblos, ada lima kartu suara dengan lima warna yang berbeda. Yang saya bisa adalah memperkuat dapil saya serta mencerdaskan penduduknya, saat ini itu adalah tugas saya sebagai calon anggota legislatif," tutur Yefrizal.
Hal lain yang menjadi perhatian Yefrizal adalah "Serangan Fajar" jelang pencoblosan.
Menurut Yefrizal, uang yang dikeluarkan para caleg pada serangan fajar tidaklah kecil. Menurut hitung-hitungannya, angkanya bisa mencapai Rp 6 miliar!
"Untuk DPR RI yang butuh kurang lebih 200.000 suara, yang berarti 200 ribu amplop yang akan dibagikan. Jika diisi masing masing Rp 30.000 jumlahnya fantastis, Rp 6 miliar! Dalam lima tahun harus balik modal. Akhirnya ajang ini bukan nyaleg tapi nyari proyek," ungkap Yefrizal.
"Semua akhirnya menyadari dan melek bahwa yang menciptakan maling adalah diri mereka sendiri. Setelah itu dicoblos, akhirnya mereka juga yang memasukkan malingnya ke parlemen. Lalu lima tahun teriak maling! Maling!," tutur Yefrizal.(*)
Liputan: Brian.
Editor : Robinsar Siburian.
Editor :Tim Sigapnews