Test Urine
Riau 5 Besar Peredaran Narkoba di Indonesia, Pegawai Pemprov Akan di Test Urine

Tes Urine pegawai di lingkungan DPRD Provinsi yang gelar BNN Riau, Senin (5/12/2016) pagi. (Foto: Sigapnews.co.id/Ist).
"Itu harus dilakukan (test urine). Kita akan lakukan, cuma kapan waktunya, itu kita rahasiakan, kita akan lakukan secera mendadak saja," kata Wakil Gubernur Riau, Edi Natar Nasution usai membuka acara pelatihan jurnalistik di SMA Negeri 1 Pekanbaru, Selasa (16/7/2019).
Edi mengungkapkan, Pemprov Riau memiliki komitmen yang tegas terhadap pemberantasan narkoba. Jika nanti ditemukan ada ASN yang terlibat dalam kasus narkoba, maka pihaknya tidak segan-segan untuk memberikan sanksi tegas.
"Pemberantasan narkoba sudah menjadi program pemerintah, bahwa kita menyatakan perang terhadap narkoba," ujarnya.
Lebih lanjut Edi mengatakan, saat ini Pemprov Riau sedang membentuk tim Satgas Narkoba. Satgas ini melibatkan berbagai unsur yang masuk didalamnya. Mulai dari BNN, TNI, Polda dan seluruh Forkompinda termasuk tokoh masyarakat.
"Karena untuk memberantas narkoba itu tidak bisa kita serahkan ke satu badan atau lembaga saja. Harus bersama-sama. Sehingga dengan dibentuknya Satgas ini nanti bisa lebih efektif," katanya.
Edi mengungkapkan, tim Satgas pemberantasan Narkoba sudah dibentuk. Namun sejauh ini Satgas pemberantasan narkoba belum disahkan melalui Surat Keputusan (SK) Gubernur Riau. Jika sudah di SKkan maka tim ini pun langsung bekerja untuk melakukan pemberantasan narkoba di Riau.
"Satgasnya sudah disusun, sudah rapat, tinggal dibuatkan SKnya nanti oleh Pak Gubernur. Setelah itu nanti baru Satgas ini bisa langsung bekerja," ujarnya.
Edi mengaku prihatin dengan tingginya kasus peredaran narkoba di Riau. Apalagi Riau masuk dalam 5 provinsi terbesar peredaran narkobanya. Sehingga perlu dilakukan upaya nyata untuk memberantasnya guna menyelamatkan generasi muda di Riau dari bahaya penyalahgunaan narkoba.
"Kita prihatin, apalagi Riau kan masuk daerah yang cukup tinggi peredaran narkobanya, bahkan masuk lima besar se Indonesia. Kalau ini sampai berlarut, ini kan dampaknya luar biasa kepada generasi muda kita," pungkasnya.
Ranking pengungkapan barang bukti narkoba selama tahun 2018 se-Indonesia, posisi Polda Riau:
1. Sabu : ranking 3
2. Ekstasi : rangking 1
3. Ganja : ranking 9
Dari Data ungkap kasus selama tahun 2019 (Januari - Juni)
-Total Kasus : 729 kasus
-Total Tersangka : 999 orang
Barang bukti yang diamankan
1. Sabu : 93,5 KG
2. Ekstasi : 47.628 butir
3. Ganja : 7,2 KG
4. Happy Five: 17.430 butir
Direktur Reserse Narkoba Polda Riau, Kombes Pol Suhirman menyatakan jika pantai timur Provinsi Riau yang berbatasan dengan sejumlah negara tetangga, jadi jalur sutra masuknya narkoba. Untuk itu katanya, upaya antisipasi terus ditingkatkan oleh pihak kepolisian, khususnya Polda Riau dan jajaran Polres.
"Kita terus memaksimalkan kegiatan untuk penanggulangan supaya tidak bisa masuk narkoba ini. Kemudian diikuti juga dengan penindakan," sebut Kombes Suhirman, Rabu (26/6/2019) sore.
Ditanyai tentang modus penyelundupan, mantan Direktur Reserse Narkoba Polda Babel ini menuturkan, barang haram yang masuk ke Riau, selalu dikemas dengan kemasan teh yang ada tulisan Cina.
Sebagian besar narkoba terutama jenis sabu ini, dikirim dari Negeri Jiran Malaysia.
Dikatakan Suhirman, ada pun yang menjadi kendala utama dalam hal pengawasan, yaitu garis pantai Provinsi Riau yang sangat panjang.
"Belum lagi pelabuhan tidak resmi sangat banyak, sehingga mereka (jaringann narkoba) gampang berbaur dengan masyarakat dalam membawa dan mengirimkan barang ke Riau," jelas Suhirman.
Dia membeberkan, para bandar pun terus mencari cara, bagaimana agar narkoba bisa masuk dan sampai ke daerah tujuan.
"Ada yang sambil bawa ayam, bawa narkoba juga. Atau barang lain yang digabung dengan narkoba. Sebagian besar yang masuk ke Riau itu jenis sabu, ekstasi dan happy five," terangnya.
Perwira menengah berpangkat bunga melati tiga ini melanjutkan, Provinsi Riau pada dasarnya dimanfaatkan sebagai daerah transit.
Sebagian ada juga narkoba yang langsung diedarkan kepada pengguna di Bumi Lancang Kuning.
"Barang biasanya ada yang dibawa lagi ke Sumbar, Palembang, Jambi dan sekitaran Jawa khususnya Jakarta," bebernya.
Sejauh ini dipaparkan Suhirman, kebanyakan yang ditangkap, statusnya sebagai kurir atau pembawa narkoba.
Penerapan sistem jaringan terputus dan sistem buang barang, menjadi kendala polisi untuk melacak sampai ke "pemain" tingkat atasnya, atau bandar. "Jadi kita cukup kesulitan untuk menelusuri di mana hulunya dan ke mana hilirnya," sebut dia lagi.
Kombes Suhirman pun mengimbau kepada masyarakat, agar semakin meningkatkan kepeduliannya dalam hal pemberantasan narkoba.
"Harapan kami supaya masyarakat menginformasikan kepada aparat terdekat, kalau menemukan ada indikasi penyalahgunaan narkoba. Apakah mereka kurir, pengedar, bandar atau penyalur," tuturnya.
Dia menambahkan, untuk Polda Riau sejauh ini tercatat dengan pengungkapan tertinggi untuk narkotika jenis ekstasi, dan nomor 3 untuk jenis sabu se-Indonesia. "Karena memang pengungkapan yang kita lakukan itu jumlahnya signifikan, berkilo-kilo yang kita ungkap selama ini," tandasnya (*)
Liputan: Brian.
Editor : Robinsar Siburian.
Editor :Tim Sigapnews