In Memoriam
Margiono Wartawan Hebat dan Tak Pernah Mau Diberi Hadiah!

Ketua PWI Pusat, Margiono dua priode, 2008-2018.
Saat itu, saya mengenalnya sebagai pribadi yang hangat, bersahabat dan guyonan. Bicaranya serius, tapi sering membuat saya terpingkal. Beberapa kali juga, saya ditraktir makan olehnya. Selalu, jika bersama Margiono, saya gak pernah membayar. Saya selalu kalah dulu, jika soal bayar membayar dibanding Margiono. Padahal waktu itu, "persaingan" antara Jawa Pos dan Harian Surya, cenderung "berdarah-darah". Saya menyebut kata berdarah, karena ada yang tewas di jalanan saat mobil koran yang membawa Jawa Pos menyalip mobil Surya, sehingga terjadi insiden yang menewaskan beberapa orang.
Tahun 1999, saya berhenti dari Persda (Pers Daerah) KOMPAS. Saya kemudian diterima bekerja di Harian Sumatera Ekspres, Palembang Sumsel, yang tergabung di JPNN (Jawa Poss News Network). Saya menelepon Margiono. Saya katakan, bahwa saya kini menjadi anak buahnya. Tapi dia menjawab; "Dari dulu kan saya sudah jadi bos kamu. Karena saya sering mbayarin kamu makan." Kemudian dia tertawa. Candanya kadang keterlaluan. Karena hanya membayari saya ngopi dan makan, dia dah mengaku sebagai atasan saya.
Beberapa tahun setelah itu (2005) saya pulang kampung ke Riau. Saya minta berhenti dari JPNN. Pada pemilihan ketua PWI Riau tahun 2007, saya maju dan saya menang. Saya dilantik oleh Tarman Azam, yang seluruh biaya perjalanannya mulai dari tiket, hotel sampai oleh-oleh ditanggung oleh PWI Riau.
Ketika 2008, Margiono maju sebagai ketua PWI Pusat yang Kongresnya dilaksanakan di Banda Aceh. Sebagai Ketua PWI Riau, saya tentu memiliki suara untuk memilih. Margiono mendatangi saya ke kamar. Ketika itu, saya bersama Zufra Irwan (juga pengurus PWI Riau). Margiono kemudian duduk di lantai kamar hotel. Kami jadi sungkan. Tapi dia santai aja. Malah dengan gayanya, dia mengatakan, apakah saya masih mengenal bosnya?
Margiono kemudian terpilih menjadi Ketua PWI Pusat lima tahun ke depan. Bahkan 2013 dia terpilih kembali menjadi Ketua PWI hingga 2018. Dan, selama itu pulalah saya merasa sangat lega menjadi Ketua PWI Riau. Dia menghapuskan iuran kartu anggota. Dia tidak menganjurkan melayani pengurus PWI Pusat yang berkunjung ke daerah. Dia menekan saya untuk membangun kantor PWI Riau yang representatif. Dia meminta saya jangan takut ditekan siapa saja sebagai Ketua PWI. "Kamu hanya boleh takut pada saya," katanya sambil tertawa lebar.
Begitulah. Ketika jabatan saya berakhir sebagai Ketua PWI Riau, setahun setelah itu Margiono pun lengser. Dan saya tak pernah berjumpa lagi hingga akhirnya saya mendapat kabar dia meninggal dunia karena Covid 19.
Saya terhenyak, ketika membaca kabar duka itu. Lama saya termenung. Kenapa bisa covid mengalahkan Margiono yang hebat. Apakah tak ada penyakit lain yang lebih mulia, yang mengantarkannya ke liang lahat. Mungkin hanya Allah SAW yang tahu. Karena itu memang hak prerogatif Yang Maha Kuasa. Saya hanya sedih teringat kebaikan, profesionalitas dan gaya kepemimpinannya. Meski kelak saya dan teman-teman lainnya akan menyusul Margiono, tapi hari ini, kami benar-benar kehilangan.
Karena Margiono, memanglah wartawan hebat. Tak kalah oleh waktu, pengetahuan, jabatan dan profesionalisme. Di mata saya, sejak mengenalnya 1991, dia seorang yang mampu menerobos dunia jurnalistik hingga puncaknya. Dia seorang wartawan yang gigih, tak pernah menyerah, santun, berkarakter, mengayomi, penghibur, mau berkorban, meski kadang kata-katanya agak nyeleneh.
Sebagai wartawan gigih, tangguh dan tak pernah menyerah, saya tahu Margiono bersama teman-temannya ikut melebarkan sayap Jawa Pos di seluruh pelosok tanah air. Bahkan kemudian, ketika berdiri membangun Harian Rakyat Merdeka, tiang bendera yang dipancangkannya berkibar hingga kini.
Sebagai pemimpin, dia terampil dan tidak pernah menyalahkan siapapun. Dia memimpin organisasi wartawan terbesar dan tertua, nyaris tak ada gugatan. Dia salah satu tonggak dalam mengangkat harkat dan martabat organisasi serta wartawan. Pernah pula Margiono jadi Wakil Ketua Dewan Pers di masa Prof Bagir Manan. Di zamannya, tak pernah ada organisasi lain yang berani mengotak-atik dan mengecilkan peran Dewan Pers.
Read more info "Margiono Wartawan Hebat dan Tak Pernah Mau Diberi Hadiah!" on the next page :
Editor :Tim Sigapnews