Falsafah Jalur Jadi Kompas Kepemimpinan Suardiman Amby

Bupati Kuantan Singingi Suardiman Amby (kemeja kotak-kotak) duduk disebuah Deni Kurnia (kemeja hitam) berpose bersama pengurus JMSI Provinsi Riau
KUANTAN SINGINGI, sigapnews.co.id
– Di tengah derasnya arus globalisasi, falsafah lokal bernama jalur tetap tegak menjadi pedoman kepemimpinan di Kuantan Singingi. Adalah DR. H. Suardiman Amby, Ak.MM., sosok pemimpin yang menjadikan nilai-nilai budaya sebagai dasar pembangunan dan arah kebijakan publik.
Konsep jalur yang berasal dari tradisi pacu perahu panjang di Sungai Kuantan, diterjemahkan Suardiman ke dalam prinsip-prinsip kepemimpinan. “Bagi saya, jalur bukan sekadar perlombaan. Ini tentang kekompakan, keadilan, pengorbanan, dan kerja kolektif,” tegas Suardiman.
Falsafah ini ia implementasikan lewat lima pilar utama: kesatuan gerak (basamo mendayuang, basamo sampai), kepekaan terhadap perubahan, kepemimpinan yang mengarahkan tanpa mendominasi, pengorbanan demi kepentingan bersama, serta hasil sebagai buah kerja bersama.
Dalam praktiknya, hal ini tampak pada gaya kepemimpinannya yang partisipatif: mulai dari musyawarah pembangunan, pelibatan warga dalam perumusan kebijakan, hingga pemberdayaan UMKM dan petani lokal. Ia hadir bukan sebagai pengendali tunggal, tetapi sebagai pengarah yang memahami denyut nadi rakyatnya.
Suardiman juga mengangkat Festival Pacu Jalur sebagai roh kolektif masyarakat Kuansing. Tak sekadar tradisi, festival ini dijadikan ajang pemersatu masyarakat dan media promosi budaya. Di bawah kepemimpinannya, festival tersebut berhasil menjangkau perhatian dunia, menjadi bagian diplomasi budaya di forum internasional seperti Festival ASEAN dan promosi budaya Indonesia di Malaysia dan Singapura.
“Lewat jalur, kita mengajarkan dunia bahwa kebersamaan dan keadilan adalah kunci untuk mencapai tujuan bersama,” ujarnya dalam salah satu forum kebudayaan.
Tak hanya fokus pada pembangunan fisik, Suardiman menekankan pentingnya pembangunan karakter masyarakat. Ia merangkul modernisasi tanpa menggerus identitas lokal. Teknologi dimanfaatkan untuk kemajuan, namun akar budaya tetap dijaga.
Sosoknya dikenal membumi. Ia turun langsung ke lapangan, berdialog dengan nelayan, petani, dan pelaku UMKM, menyerap aspirasi tanpa sekat. Inilah potret pemimpin yang tidak hanya tahu arah, tetapi juga mendayung bersama rakyatnya.
DR. H. Suardiman Amby, Ak.MM., membuktikan bahwa falsafah lokal tidak lekang oleh waktu. Dengan nilai-nilai jalur sebagai pijakan, ia membawa Kuantan Singingi menapaki panggung dunia tanpa kehilangan jati dirinya. Sebuah warisan kepemimpinan yang akan terus mengalir dalam sejarah daerah ini.
Alzam Deri – Direktur LKBA JMSi Provinsi Riau
Editor :Rahman
Source : Alzamderi