Senior Pesantren Boarding School Kampar Aniaya Junior, Korban Lapor Polisi
SIGAPNEWS.CO.ID | KAMPAR - Aksi kekerasan senior terhadap junior kembali terjadi di Sekolah Pesantren Boarding School, diKabupaten. Kampar, provinsi Riau.
Seorang senior berinisial, AR, yang duduk di kelas 2 SMU ini, menganiaya seorang juniornya, IN (14 Tahun), santri kelas 2 SMP pada hari Jumat, tanggal 6 September 2019.
Menurut korban, IN, insiden ini terjadi sewaktu dirinya sedang berdiri didepan Pusat Kesehatan (Puskes) pukul 04.00 WIB menjelang sholat subuh, di komplek pesantren Boarding di Kabupaten Kampar, tiba-tiba AR datang dan menarik IN masuk ke toilet dan langsung memukul kepalanya sampai terbentur ke dinding.
"Saya tidak tahu apa salah saya bang, tiba-tiba saja, AR, menarik saya kedalam toilet dan memukul saya berkali-kali sehingga kepala saya terbentur ke dinding. Kemarin kepala saya benjol bang dan sekarang masih memar masih terasa sakit," ujar IN, Sabtu (7/9/2019).
Penganiayaan terhadap In sudah berlangsung dua kali. Kejadian pertama kakak saya sudah melaporkan ke pihak sekolah pesantren Boarding School melalui gurunya, namun tidak ada tindakan dari pihak Pesantren. "Sampai kejadian kedua yang dilakukan AR, saya dan kakak bersama saudara sepupu melaporkan penganiayaan ini ke Polsek Siak Hulu," ucap AR didampingi kakaknya kepada media sigapnews.co.id.
Setelah membuat laporan Polisi berdasarkan STPL Nomor: 287/IX/2019/SPKT/RIAU/ RES KPR/SIAK HULU, korban IN bersama keluarga melakukan visum di rumah sakit Bhayangkara, Pekanbaru.
Orang tua korban bercerita kepada media sigapnews.co.id memang geram terhadap pihak sekolah Pesantren yang tidak menindak siswanya yang malakukan aksi kekerasan di kawasan sekolah. Menurutnya aksi kekerasan senior terhadap junior sudah berulang kali terjadi.
"Untuk yang kedua kali ini, kami pihak korban sudah sepakat melaporkan penganiayaan anak kami ke pihak polisi, karena ini yang paling parah menyebabkan kepala anak saya benjol dan membuat anak saya trauma untuk sekolah di pesantren Boarding lagi," ujar orang tua IN.
Pihak keluarga IN masih pikir-pikir melanjutkan sekolah anaknya di pesantren IBS." Biarlah anak saya keluar dari IBS daripada mati pula disana. Harapan anak saya sekolah di pesantren ini menjadi anak yang berilmu agama, teteapi kenyataannya mendapat penganiayaan," ucap orang tua korban IN melalui sambungan seluler kepada media sigapnews.co.id.
"Kami percaya kepada pihak kepolisian dengan SOP yang ada, pasti laporan kami ditindaklanjuti supaya kejadian yang sama tidak terulang lagi," harap orang tua korban IN.
Editor :Tim Sigapnews
