Demo Konflik Lahan
Saat Demo di Depan Kantor Gubernur Riau Seorang Ibu Pingsan

Aksi demo di depan Kantor Gubernur Riau, Jumat (8/3/2019). (Photo: Sigapnews.co.id/Brian).
Aksi demontrasi ini sudah berlangsung yang kesekian kalinya.
Dalam aksi unjuk rasa ini seorang ibu jatuh pingsan dan langsung dibopong oleh Polisi Wanita (Polwan) yang ada di lokasi demo.
Ibu yang pingsan diduga kelelahan tersebut kemudian langsung dilarikan ke rumah sakit.
Tuntutan yang disampaikan dalam aksi demo kali ini masih sama dengan tuntutan pada aksi-aksi sebelumnya, yakni meminta pemerintah, baik pusat dan provinsi untuk menuntaskan koflik lahan di Desan Koto Aman.
Dimana warga menuding lahan mereka seluas lebih kurang 1500 hektare dikuasai oleh PT Sekar Bumi Alam Lestari (SBAL).
"Kami minta BPN agar mengukur ulang lahan PT SBAL dan mengembalikan lahan kami seluas 15 ribu hektare. Kami tidak ingin diberikan janji-janji manis saja," kata Dapson, Koordinator Aksi Warga Desa Koto Aman, Kampar
"Kami menagih janji mu pak Jokowi, katanya akan menyelesaikan konflik agraria di desa kami empat bulan lalu, tapi nyatanya apa, sampai sekarang belum tuntas juga," kata Dapson.
Pendemo yang didominasi ibu-ibu ini duduk lesehan di pinggir jalan tepat di depan pagar Kantor Gubenur Riau.
Mereka terus berteriak menyampaikan tuntuntanya, sebab hingga sampai saat ini Presiden Jokowi tidak bisa menuntaskan persoalan mereka.
"Jangan pernah bicara lahan perkebunan di tangan asing untuk masyarakat. Presiden pernah menyampaikan HGU akan dikembalikan ke rakyat, tapi nyatanya mereka sudah datang hanya menebar janji," katanya.
Pendemo menyampaikan terkait perjuangan untuk mendapatkan hak-haknya yang diduga dirampas perusahaan.
"Kita tidak akan pulang ataupun mundur sebelum kami terlepas dari penjajah kapitalis di desa kami. Yakni kembalikan lahan kami seluar 1500 hektar yang telah dirampas PT SBAL," ujarnya.
Menurutnya hampir 80 persen lahan kehidupan masyarakat Desa Koto Aman, Kecamatan Tapung Hilir, Kampar, Riau dikelola oleh perusahaan PT Sekar Bumi Alam Lestari (SBAL) sejak tahun 1991.
"Itu adalah awal dari masa kelamnya anak cucu kami di sana. Dimana pada tahun itu pihak asing mulai masuk ke tanah kami dan menyerobot lahan kami dengan modus perkebunan kelapa yang pada akhirnya berubah menjadi kebun kelapa sawit," kata Dapson.
"Para pemangku jabatan di negeri ini sudah buta, tuli dan bisu terhadap nasib kami di desa yang terpencil dan tertindas. Kebohongan janji pada petinggi Riau ini sudah membuat kami bosan, bahkan pemimpin di republik ini juga ikut memberi janji manis yang sangat menyayat hati kami masyarakat kecil,"pungkasnya.(*)
Liputan: Brian.
Editor : Robinsar Siburian.
Editor :Tim Sigapnews