Nasi0nal
Kemenperin Melaunching Kerja Sama Pelaku Industri dan SMK se-Sumatera Bagian Utara

Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto meresmikan Pendidikan Vokasi
di KIM Mabar, Medan, Senin (2/10/2017). (Foto: Sigapnews/Anden)
SIGAPNEWS.CO.ID | MEDAN - Pembangunan industri nasional membutuhkan ketersediaan SDM yang kompeten, untuk mendorong peningkatan produktivitas dan daya saing industri.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja industri yang semakin spesifik, perlu diantisipasi dengan pengembangan pendidikan vokasi yang berorientasi pada kebutuhan pasar kerja, melalui link and match antara pendidikan vokasi dengan industri.
Hal tersebut disampaikan Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, saat Kementerian Perindustrian menggelar launching kerja sama yang ke-4 dengan pelaku industri dan SMK se-Sumatera bagian utara, yakni Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau.
Acara ini digelar di PT Medan Sugar Industry, Kawasan Industri Medan (KIM) Senin (2/10/2017). Adanya kerja sama ini, untuk menindaklanjuti program pemerintah dalam bidang industri, melalui pendidikan vokasional.
"Sebagai tindak lanjut instruksi Presiden No 9 Tahun 2016, tentang revitalisasi SMK, Kementerian Perindustrian meluncurkan program ini, dengan harapan SMK ke depan dapat menghasilkan lukusan yang kompeten dan siap kerja sesuai kebutuhan industri," ujarnya.
Disampaikannya, program pendidikan vokasi di Sumbagut, akan dilakukan dengan penandatanganan perjanjian kerja sama, antara 107 perusahaan industri dengan 226 SMK di wilayah Sumbagut.
Adapun Provinsi Aceh, diikuti 3 perusahaan dan 9 SMK, Provinsi Sumut 55 perusahaan dan 118 SMK, Provinsi Sumbar 7 perusahaan dan 20 SMK, Provinsi Riau 5 perusahaan dan 38 SMK. Kemudian, Provinsi Kepulauan Riau dengan 37 perusahaan dan 41 SMK.
Airlangga Hartarto menuturkan, salah satu kendala yang dihadapi dalam program pendidikan vokasi industri di Wilayah Sumatera, karena terbatasnya jumlah industri besar dan sedang pada beberapa provinsi, seperti Aceh dan Sumatera Barat.
"Sehingga, jumlah SMK yang dibina industri pada dua provinsi itu sangat kecil, bila dibandingkan dengan jumlah SMK di provinsi tersebut," katanya.(*)
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja industri yang semakin spesifik, perlu diantisipasi dengan pengembangan pendidikan vokasi yang berorientasi pada kebutuhan pasar kerja, melalui link and match antara pendidikan vokasi dengan industri.
Hal tersebut disampaikan Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, saat Kementerian Perindustrian menggelar launching kerja sama yang ke-4 dengan pelaku industri dan SMK se-Sumatera bagian utara, yakni Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau.
Acara ini digelar di PT Medan Sugar Industry, Kawasan Industri Medan (KIM) Senin (2/10/2017). Adanya kerja sama ini, untuk menindaklanjuti program pemerintah dalam bidang industri, melalui pendidikan vokasional.
"Sebagai tindak lanjut instruksi Presiden No 9 Tahun 2016, tentang revitalisasi SMK, Kementerian Perindustrian meluncurkan program ini, dengan harapan SMK ke depan dapat menghasilkan lukusan yang kompeten dan siap kerja sesuai kebutuhan industri," ujarnya.
Disampaikannya, program pendidikan vokasi di Sumbagut, akan dilakukan dengan penandatanganan perjanjian kerja sama, antara 107 perusahaan industri dengan 226 SMK di wilayah Sumbagut.
Adapun Provinsi Aceh, diikuti 3 perusahaan dan 9 SMK, Provinsi Sumut 55 perusahaan dan 118 SMK, Provinsi Sumbar 7 perusahaan dan 20 SMK, Provinsi Riau 5 perusahaan dan 38 SMK. Kemudian, Provinsi Kepulauan Riau dengan 37 perusahaan dan 41 SMK.
Airlangga Hartarto menuturkan, salah satu kendala yang dihadapi dalam program pendidikan vokasi industri di Wilayah Sumatera, karena terbatasnya jumlah industri besar dan sedang pada beberapa provinsi, seperti Aceh dan Sumatera Barat.
"Sehingga, jumlah SMK yang dibina industri pada dua provinsi itu sangat kecil, bila dibandingkan dengan jumlah SMK di provinsi tersebut," katanya.(*)
Editor :Tim Sigapnews