Sekolah Ramah Anak di SDN 107 Pekanbaru Dilihat dari Perspektif Progresivisme John Dewey

SDN 107 Pekanbaru terus melangkah maju dalam mengintegrasikan Program Adiwiyata dan konsep Sekolah Ramah Anak
Pekanbaru, SigapNews.co.id – SDN 107 Pekanbaru terus melangkah maju dalam mengintegrasikan Program Adiwiyata dan konsep Sekolah Ramah Anak sebagai bagian dari upaya menciptakan pendidikan karakter berbasis lingkungan.
Pendekatan ini dipandang relevan dengan pemikiran progresivisme John Dewey, yang menekankan pendidikan sebagai proses pembelajaran berkelanjutan yang mengutamakan pengalaman nyata bagi siswa.
Sekolah Ramah Anak dalam Perspektif Progresivisme John Dewey
Konsep pendidikan progresif ala John Dewey berakar pada pemahaman bahwa pendidikan harus berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak secara menyeluruh.
"Sekolah Ramah Anak di SDN 107 Pekanbaru menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan inklusif bagi siswa. Di sini, anak-anak tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga melalui pengalaman langsung yang melibatkan interaksi dengan lingkungan, ujar Candra Alpiat, salah satu guuru Sekolah SDN 107 Pekanbaru.
Sekolah ini menerapkan metode belajar aktif yang melibatkan berbagai pihak, termasuk keluarga. Contohnya, kegiatan bermain sambil belajar, yang mengajarkan nilai-nilai sosial seperti kerja sama, toleransi, dan rasa empati.
"Kami ingin anak-anak merasa bahagia dan percaya diri di sekolah, karena itulah esensi pendidikan yang progresif," tambahnya.
Pemikiran Dewey yang menekankan fleksibilitas pendidikan dalam menyesuaikan perubahan sosial menjadi dasar filosofi bagi implementasi ini.
Pendekatan ini juga membantu siswa mengembangkan kecerdasan emosional dan kemampuan sosial yang relevan dengan kebutuhan zaman.
Program Adiwiyata sebagai Pendidikan Karakter Berbasis Lingkungan
Selain menjadi Sekolah Ramah Anak, SDN 107 Pekanbaru juga aktif menjalankan Program Adiwiyata, yang bertujuan membentuk karakter siswa melalui pendidikan berbasis lingkungan. Program ini mengajarkan nilai-nilai cinta lingkungan, tanggung jawab, dan kerja sama.
Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan mencakup pengelolaan bank sampah, pembuatan kebun sekolah, dan praktik daur ulang.
"Siswa diajarkan untuk memahami bahwa menjaga lingkungan adalah tanggung jawab bersama," jelas Diky Ariyanto.
Program ini sejalan dengan filosofi Aldo Leopold yang menekankan pentingnya hubungan harmonis antara manusia dan alam.
Kami berharap, melalui aktivitas ini, siswa tidak hanya memahami konsep lingkungan, tetapi juga membangun rasa cinta terhadap bumi sebagai tempat tinggal mereka," katanya.
Pendapat Guru dan Pemangku Kebijakan
Berbagai pihak memberikan pandangan positif terhadap implementasi Program Adiwiyata dan Sekolah Ramah Anak di SDN 107 Pekanbaru.
Candra Alpiat, salah satu guru, mengungkapkan, pendekatan belajar sambil bermain sangat efektif dalam mengasah kemampuan sosial dan moral siswa.
"Dengan cara ini, mereka tidak hanya belajar teori, tetapi juga mengalami langsung nilai-nilai seperti kerja sama dan empati," ucap Candra Alpiat.
Senada dengan itu, Efda Ningsih, guru lain, menyatakan, program Adiwiyata memberikan kontribusi signifikan dalam membentuk karakter siswa.
"Kegiatan seperti pengelolaan bank sampah tidak hanya mengajarkan pentingnya menjaga lingkungan, tetapi juga menanamkan rasa tanggung jawab sosial," ujar Efda Ningsih.
Sementara itu, Junita Ika Puspita, memberikan apresiasi atas inovasi yang diterapkan di sekolah ini.
"Saya melihat anak saya menjadi lebih peduli terhadap lingkungan dan belajar untuk bekerja sama dengan teman-temannya. Program ini benar-benar berdampak positif bagi perkembangan mereka," ujarnya.
Membangun Generasi Peduli Lingkungan dan Sosial
Dalam perspektif progresivisme, pendidikan bukan hanya tentang mentransfer pengetahuan, tetapi juga membentuk individu yang bertanggung jawab secara sosial. Di SDN 107 Pekanbaru, konsep ini diwujudkan dengan pendekatan kolaboratif antara guru, siswa, dan masyarakat.
Dengan menggabungkan prinsip John Dewey tentang fleksibilitas pendidikan dan nilai-nilai etika lingkungan dari Aldo Leopold, SDN 107 Pekanbaru tidak hanya mencetak siswa yang cerdas, tetapi juga generasi yang peduli terhadap lingkungan dan masyarakat.
"Kami ingin menciptakan lingkungan sekolah yang menjadi rumah kedua bagi anak-anak, di mana mereka bisa belajar, bermain, dan berkembang menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab," pungkas Siti Nurhayati.
Program Adiwiyata dan Sekolah Ramah Anak di SDN 107 Pekanbaru diharapkan dapat menjadi contoh bagi sekolah lain di Indonesia dalam mengintegrasikan pendidikan karakter berbasis lingkungan dengan pendekatan progresif.
Keberhasilan ini menunjukkan bahwa dengan visi yang tepat, sekolah dapat menjadi tempat terbaik untuk membangun generasi masa depan yang lebih baik.
Editor :Tim Sigapnews