Pentingnya Jejaring dan Komunitas bagi UMKM untuk Naik Kelas dan Ekspor, Inspirasi dari Sipetek dan

"Saya ini basic-nya dari komunitas. Komunitas itu saling bergandeng tangan untuk membesarkan bukan saling menjegal," ujarnya.
Adapun, Super Roti memproduksi roti dengan bahan dasar bekatul. Ismiyati mendirikan Super Roti pada 2011 karena ingin punya usaha dan memiliki hobi membuat roti. Lewat kreativitas, ketekunan dan kegigihan, Super Roti baru-baru ini menjadi juara B2B Birthday Bread Competition 2023 di Paris, Perancis.
"Saya sangat merasakan dukungan dari SETC sehingga ketika ke Paris, saya juga membawa produk teman-teman SETC lainnya seperti Cokelatin dan madu dari Imago Raw Honey untuk saya perkenalkan di sana," paparnya.
Saat ini, produk Super Roti telah diekspor ke Singapura, Belanda dan Belgia. Ismiyati berharap negara tujuan ekspor Super Roti dapat terus bertambah ke depan.
Untuk itu, dirinya mengaku tidak berhenti belajar untuk memahami kebutuhan pasar di negara tujuan ekspor. Selain itu, memahami standar regulasi di negara tujuan ekspor juga sangat penting.
Menurutnya, para pelaku UMKM tidak perlu buru-buru untuk ekspor. Penguatan usaha seperti kapasitas produksi, memiliki katalog dalam bahasa inggris, memahami biaya produksi, promosi dan selisih kurs menjadi langkah pertama yang perlu dipelajari.
"Ketika saya mencoba ekspor ke Malaysia, ternyata orang di sana butuh cemilan yang kecil-kecil sebagai teman ngopi. Jadi konsepnya bukan oleh-oleh tetapi yang bisa dimakan setiap hari. Saya percaya tidak ada produk yang tidak laku, hanya ada produk yang salah pasar,” imbuhnya.
Riset Pasar: Know Your Product, Know Your Market
Ira Damayanti, Indonesian Diaspora SME-SMI Export Empowerment and Development (ID SEED) menambahkan, kunci produk UMKM Indonesia bisa ekspor ialah know your product, know your market. Pasalnya, tidak semua produk bisa diekspor dan setiap negara punya kebutuhan dan regulasi yang berbeda.
"Produk yang masuk ke pasar Asia, belum tentu cocok untuk pasar Amerika, belum tentu cocok untuk pasar Eropa. Kita harus riset pasar dulu berdasarkan produk yang kita punya," tegasnya.
Ira menjelaskan, warga diaspora Indonesia yang tersebar di berbagai negara biasanya lebih mengetahui selera masyarakat negara tempat berdomisili. Selain itu, komunitas diaspora juga bisa membantu mempromosikan produk kepada kenalan di negaranya masing-masing.
Dia menambahkan untuk bisa ekspor, pelaku UMKM minimal harus memenuhi 5K dan 2S yakni kualitas, kuantitas, kapasitas produksi, kontinuitas bahan baku, kemasan, standarisasi, dan sertifikasi.
“Kalau 5K dan 2S dipenuhi baru kita pede. Kemasan di sini dan di Belanda beda, di Amerika beda. Jadi kita enggak bisa mau ekspor ke mana? Ke mana aja. Karena regulasi, labeling tiap negara berbeda-beda,” paparnya.
Ira menambahkan jika produk UMKM lebih cocok untuk pasar dalam negeri jangan berkecil hati. Pasalnya, pasar domestik juga sangat besar, sementara ekspor butuh banyak syarat yang harus dipenuhi.
"Kalau produk Anda cuannya lebih banyak di dalam negeri, mari kita banjiri pasar daripada produk luar (negeri) yang masuk. Produk standar global iya, tapi ketika ekspor kita harus rajin riset pasar," imbuhnya.
Press Release ini juga sudah tayang di VRITIMES
Read more info "Pentingnya Jejaring dan Komunitas bagi UMKM untuk Naik Kelas dan Ekspor, Inspirasi dari Sipetek dan" on the next page :