Apkasindo Riau Pacu Hilirisasi Sawit Perkuat UMKM Daerah
Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Provinsi Riau menggelar workshop hilirisasi yang berlangsung di Pekanbaru, Sabtu (29/11/2025).
PEKANBARU - Upaya mempercepat hilirisasi industri kelapa sawit di Riau kembali menguat setelah Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Provinsi Riau menggelar workshop hilirisasi yang berlangsung di Pekanbaru, Sabtu (29/11/2025).
Kegiatan ini mempertemukan pelaku UMKM, perbankan, dan pemangku kepentingan untuk mendorong lahirnya produk turunan sawit bernilai tambah tinggi.
Riau yang memiliki 3,4 juta hektare kebun sawit dan memproduksi sekitar 9,2 juta ton CPO per tahun dinilai sangat potensial menjadi pusat hilirisasi nasional.
Saat ini, produksi tersebut diolah oleh 287 pabrik kelapa sawit (PKS) yang tersebar di kabupaten dan kota. Potensi besar ini, menurut para peserta workshop, harus ditopang dengan strategi hilirisasi yang menyentuh pelaku usaha kecil hingga menengah.
Perwakilan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Provinsi Riau menjelaskan bahwa pertumbuhan UMKM berbasis turunan sawit menunjukkan tren positif.
“UMKM ini tersebar di Pekanbaru, Rokan Hulu, Siak, dan Bengkalis dengan berbagai produk seperti minyak makan, lilin, kerajinan dari lidi sawit, sabun, hingga pengolahan limbah non-B3,” terangnya.
Ia menegaskan, keberagaman produk ini membuktikan hilirisasi sawit tidak hanya dikuasai industri besar, tetapi juga membuka peluang luas bagi masyarakat desa sekitar perkebunan. Pemerintah Provinsi Riau, lanjutnya, terus memberikan pendampingan.
“Kami telah memberikan pelatihan, pembinaan manajemen usaha, serta fasilitasi pembiayaan agar UMKM bisa naik kelas dan masuk pasar lebih luas,” katanya.
Dukungan perbankan juga mengemuka dalam workshop tersebut. Perwakilan BNI, Bank Mandiri, dan Bank Sumut menegaskan komitmen penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk memperkuat permodalan UMKM sawit. Skema pembiayaan ini dinilai menjadi kunci akselerasi hilirisasi dalam skala kecil dan menengah.
Anwar Sadat dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) turut menegaskan bahwa seluruh bagian tanaman sawit memiliki potensi ekonomi.
“Dengan kolaborasi antara pemerintah, perbankan, dan pelaku usaha, hilirisasi sawit di Riau diproyeksikan terus berkembang. UMKM akan menjadi motor penggerak utama ekonomi daerah dalam beberapa tahun mendatang,” ujarnya.
Hilirisasi sawit kini masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN), termasuk pengembangan kelapa, pulp and paper, hingga produk turunan. Peta jalan ini diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah industri sekaligus memperkuat fondasi ekonomi Riau sebagai provinsi sawit terbesar di Indonesia.
Riau terus memperkuat sektor hilirisasi kelapa sawit untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah sekaligus meningkatkan daya saing pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Provinsi ini memiliki sekitar 3,4 juta hektare lahan sawit dengan produksi mencapai 9,2 juta ton crude palm oil (CPO) per tahun, yang diolah oleh 287 pabrik kelapa sawit (PKS) di berbagai kabupaten dan kota.
Besarnya potensi tersebut membuat pemerintah dan para pemangku kepentingan semakin serius mempercepat pengembangan industri turunan sawit.
Sejumlah program hilirisasi yang meliputi pengembangan kelapa, pulp and paper, hingga produk turunan sawit telah masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN). Langkah ini diharapkan mampu menumbuhkan industri turunan sawit sekaligus memberi nilai tambah yang lebih besar bagi ekonomi daerah.
Ini terungkap dalam workshop yang dilaksanakan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Provinsi Riau Sabtu (29/11/2025) di Pekanbaru. Workshop ini dihadiri sejumlah pelaku UMKM diantaranya Lanting Melayu, Rumah Tamadun, pelaku usaha perbankan dan pelaku pelaku usaha lainnya.
Perwakilan dari Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Provinsi Riau memaparkan bahwa pertumbuhan UMKM di Provinsi Riau yang memanfaatkan turunan dari Kelapa Sawit secara grafik meningkat naik.
"UMKM ini tersebar di Pekanbaru, Rokan Hulu, Siak, dan Bengkalis dengan berbagai produk seperti minyak makan, lilin, kerajinan dari lidi sawit, sabun, hingga pengolahan limbah non-B3," ujarnya.
Keberagaman ini menunjukkan bahwa hilirisasi sawit bukan hanya fokus pada industri besar, tetapi juga membuka peluang luas bagi masyarakat di sekitar perkebunan.
Pemerintah Provinsi Riau melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM terus memberikan pendampingan bagi pelaku usaha. "Diseperindagkop dan UMKM telah memberikan pelatihan, pembinaan manajemen usaha, serta fasilitasi pembiayaan dilakukan untuk membantu UMKM agar dapat naik kelas dan masuk ke pasar yang lebih luas," katanya menambahkan.
Sektor perbankan juga turut mendukung pertumbuhan UMKM ini, salah satunya upaya penyediaan modal dalam bentuk Kredit Usaha Rakyat. Beberapa pelaku usaha perbankan yang hadir sebagai pembicara dalam workshop ini, Bank Tabungan Nasional, Bank Mandiri dan Bank Sumut menyebutkan bahwa mereka memiliki KUR yang dapat terus mendorong pertumbuhan UMKM di Provinsi Riau.
Anwar Sadat perwakilan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), mengapresiasi langkah Apkasindo Riau sebagai penyelenggara kegiatan, dan menekankan bahwa hampir seluruh bagian tanaman sawit memiliki potensi ekonomi.
"Dengan kolaborasi antara pemerintah, perbankan, dan pelaku usaha, hilirisasi sawit di Riau diproyeksikan terus berkembang. UMKM dinilai akan menjadi motor penggerak utama ekonomi daerah dalam beberapa tahun mendatang," ujarnya.
Editor :Tim Sigapnews