Rang Minang Baliak Ka Surau, Gerakan Spiritual yang Menggugah Rantau

Rang Minang Kembali Ka Surau.
SIGAPNEWS.CO.ID | SOLO – Aroma harum kopi dan lantunan dzikir menggema dari sebuah bangunan sederhana di sudut Boyolali. Bukan masjid besar atau aula megah, tapi sebuah surau—tempat kecil penuh makna yang kini menjadi pusat denyut ruhani bagi komunitas Minang di perantauan. Di sinilah, Sabtu malam (13/7/2025), puluhan tokoh dan warga Minangkabau berkumpul dalam sebuah gerakan yang tak sekadar ritual, tapi perjuangan: Gerakan Rang Minang Baliak Ka Surau.
Gerakan ini digagas oleh tokoh-tokoh Minang seperti Buya Hendrietson Segeh, Datuk Bareno, Jhon Hendri, Toni, hingga Aswir. Mereka tergabung dalam Ikatan Keluarga Minang (IKM) wilayah Klaten, Solo, dan sekitarnya. Tujuannya satu: menghidupkan kembali ruh surau di tengah derasnya arus modernitas.
“Kita tidak ingin anak-anak Minang yang lahir dan besar di rantau kehilangan jati dirinya. Surau ini kita bangun untuk mengembalikan marwah adat dan syarak,” kata Buya Hendrietson dalam kajian yang digelar malam itu.
Malam itu, suasana surau begitu hidup. Lantunan ayat suci, dzikir qalbu, dan tausiyah menyatu dalam kesyahduan. Tak hanya orang tua, para pemuda bahkan anak-anak tampak khusyuk mengikuti. Mereka duduk bersila, menyimak nilai-nilai luhur adat Minang yang dibingkai dengan syariat Islam, sebagaimana pepatah adat: “Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.”
Bagi komunitas Minang di perantauan, gerakan ini bukan nostalgia semata. Ini adalah bentuk perlawanan kultural terhadap lunturnya identitas. “Kami ingin surau menjadi benteng terakhir. Tempat anak-anak kami belajar adab, iman, dan jati diri Minang,” ujar Datuk Bareno dengan mata berkaca-kaca.
Tidak hanya di Boyolali, kegiatan serupa juga telah dilaksanakan di Yogyakarta, Klaten, dan akan terus menyasar kota-kota rantau lainnya. Setiap pertemuan dikemas dengan kegiatan yang membumi: shalat berjamaah, diskusi keislaman, hingga pelatihan tradisi Minang seperti tambo dan randai.
Aswir, salah satu penggagas, menambahkan bahwa gerakan ini tidak menutup kemungkinan berkembang menjadi gerakan nasional. “Rantau Minang ada di mana-mana. Kita ingin semangat kembali ke surau ini menjadi virus kebaikan,” ujarnya.
Lebih dari sekadar kegiatan keagamaan, Gerakan Rang Minang Baliak Ka Surau menjadi bentuk perlawanan sunyi atas lunturnya identitas, serta bukti bahwa di tengah globalisasi, surau tetap hidup—sebagai pusat ilmu, spiritualitas, dan pelestarian adat.
Gerakan ini bukan hanya milik generasi tua, tapi juga disiapkan untuk pewaris masa depan Minangkabau. Sebuah harapan yang tak pernah padam: agar surau kembali jadi cahaya dalam gelapnya zaman.
Editor :Tim Sigapnews