Mahasiswa Paramadina Latih Disabilitas Shoecare, Siap Buka Usaha Sendiri

Workshop Shoecare Inklusif yang digelar sembilan mahasiswa Magister Komunikasi Korporat Universitas Paramadina di SLB Negeri 01 Jakarta, Sabtu, 24 Mei 2025
Jakarta — Sebuah gebrakan inklusif terjadi di SLB Negeri 01 Jakarta saat sembilan mahasiswa Program Studi Magister Komunikasi Korporat Universitas Paramadina menggelar Workshop Shoecare Inklusif, Sabtu (24/5/2025).
Workshop satu hari ini membekali 15 penyandang disabilitas usia produktif (18–25 tahun) dengan keterampilan merawat dan membersihkan sepatu sebagai langkah awal menuju kemandirian ekonomi.
Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari Angkie Yudistia, tokoh inspiratif disabilitas yang juga menjabat sebagai Staf Khusus Presiden RI bidang sosial periode 2019–2024.
“Saya sangat senang dengan adanya program yang menyasar penyandang disabilitas dari mahasiswa Universitas Paramadina. Ini langkah nyata untuk mendorong kemandirian dan potensi mereka,” ujar Angkie.
Workshop ini merupakan bagian dari tugas mata kuliah Komunikasi Korporat dan Pemberdayaan Sosial yang diampu Dr. Rini Sudarmanti. Mahasiswa ditantang merancang program komunikasi yang berdampak nyata bagi masyarakat.
“Melalui kegiatan ini, mahasiswa kami membuktikan bahwa komunikasi korporat bisa jadi alat pemberdayaan sosial,” tegas Dr. Rini, Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina.
Kegiatan ini dilatarbelakangi data dari BPS tahun 2022 yang mencatat ada 22,97 juta penyandang disabilitas di Indonesia. Namun, hanya 45% yang masuk angkatan kerja tertinggal dari angka partisipasi umum sebesar 69%.
Minimnya pelatihan vokasional dan stigma sosial menjadi hambatan besar bagi penyandang disabilitas dalam mengakses dunia kerja.
Ketua Panitia, Erik Akmal, menyebut program ini sebagai langkah kecil dengan dampak besar.
“Kami ingin mendorong kemandirian ekonomi sekaligus menghapus stigma lewat keterampilan shoecare yang sederhana tapi bernilai bisnis,” katanya.
Kepala SLB Negeri 01 Jakarta, Dedeh Kurniasih, menyambut hangat kegiatan tersebut.
“Kami senang, kegiatan ini memberi keterampilan praktis yang langsung bisa digunakan oleh peserta kami,” ujar Dedeh.
Panitia pelaksana terdiri atas sembilan mahasiswa, dengan Erik Akmal sebagai ketua dan Emmy Kuswandari sebagai wakil. Seluruh aspek kegiatan—dari koordinasi hingga dokumentasi—ditangani tim mahasiswa secara mandiri.
Selain keterampilan, peserta juga menerima e-sertifikat dan kesempatan menerima order jasa shoecare langsung di lokasi. Harapannya, pengalaman ini menjadi pijakan awal menuju usaha mandiri yang inklusif dan berkelanjutan.
Workshop ini tak hanya mengajarkan cara merawat sepatu, tetapi juga menanamkan rasa percaya diri, membongkar stigma, dan membuka jalan baru bagi para penyandang disabilitas untuk menjadi pelaku ekonomi mandiri. Sebuah langkah kecil dari kampus, berdampak besar bagi masa depan inklusif Indonesia.
Editor :Tim Sigapnews