SMP Negeri 2 Pasir Limau Kapas Terapkan Disiplin Positif Berbasis Pemikiran Ki Hajar Dewantara

SMP Negeri 2 Pasir Limau Kapas, Rokan Hilir, yang telah mengimplementasikan pendekatan disiplin positif berbasis pemikiran Ki Hajar Dewantara.
Rohil - Pendidikan tidak hanya berfungsi untuk mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan kepribadian siswa.
Hal ini menjadi fokus SMP Negeri 2 Pasir Limau Kapas, Rokan Hilir, yang telah mengimplementasikan pendekatan disiplin positif berbasis pemikiran Ki Hajar Dewantara.
Sebagai sekolah penggerak, langkah ini telah berhasil menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan harmonis, serta meningkatkan kedisiplinan siswa.
Ki Hajar Dewantara pernah menyatakan, "Dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat self-discipline, yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self-discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita." Prinsip inilah yang menjadi landasan pendekatan disiplin positif di sekolah ini.
Kepala SMP Negeri 2 Pasir Limau Kapas, Doyo Mulyanto, menjelaskan, disiplin positif bertujuan membangun kesadaran dan tanggung jawab siswa melalui penguatan perilaku positif, kesempatan memperbaiki kesalahan, serta menciptakan hubungan saling menghormati antara guru dan siswa.
"Dengan demikian, siswa dapat memahami dampak dari perilaku mereka, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain," ucap Doyo Mulyanto.
Langkah-Langkah Implementasi
Pendekatan disiplin positif di sekolah ini dimulai dengan pelatihan guru mengenai teknik-teknik empati dalam menyelesaikan masalah siswa. Berikut langkah-langkah utama yang diterapkan:
Pembuatan Aturan Bersama
Guru dan siswa secara kolektif merumuskan aturan kelas. Proses ini melibatkan diskusi terbuka agar siswa merasa memiliki tanggung jawab terhadap aturan yang dibuat.
Penguatan Perilaku Positif
Perilaku positif siswa, seperti membantu teman atau mematuhi aturan, diberikan apresiasi berupa pujian atau penghargaan simbolis.
Penyelesaian Konflik Restoratif
Pendekatan ini mengajak siswa merefleksikan dampak kesalahan mereka, memahami konsekuensinya, dan membuat rencana perbaikan.
Guru menyediakan ruang aman bagi siswa untuk menyampaikan masalah mereka tanpa takut dihukum, memperkuat kepercayaan antara guru dan siswa.
Sejak penerapan disiplin positif, sejumlah perubahan signifikan terjadi di SMP Negeri 2 Pasir Limau Kapas, di antaranya:
Penurunan Kasus Pelanggaran: Kasus keterlambatan, perkelahian, dan pelanggaran aturan lainnya menurun drastis.
Peningkatan Motivasi Belajar, siswa menjadi lebih termotivasi karena merasa dihargai dan didukung.
Hubungan yang Lebih Harmonis, komunikasi antara guru dan siswa menjadi lebih terbuka, menciptakan suasana saling menghormati.
"Pada awalnya, ada resistensi dari beberapa guru dan siswa yang terbiasa dengan pendekatan disiplin tradisional," ungkap Doyo Mulyanto.
Untuk mengatasinya, sekolah secara konsisten mengadakan pelatihan lanjutan dan mendokumentasikan keberhasilan untuk membangun kepercayaan terhadap metode ini.
SMP Negeri 2 Pasir Limau Kapas telah membuktikan bahwa disiplin positif mampu menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran sekaligus pembentukan karakter.
Dengan komitmen dari seluruh pihak, pendekatan ini berpotensi menjadi model bagi sekolah lain di Indonesia.
"Disiplin itu bukan hanya soal hukuman, tetapi soal membangun kesadaran untuk bertanggung jawab," pungkas Doyo Mulyanto.
Menurut Uci Nengwati, seorang pemerhati pendidikan, penerapan disiplin positif merupakan langkah progresif yang relevan untuk mendukung perkembangan siswa secara holistik.
"Pendekatan ini mengutamakan komunikasi, empati, dan pembinaan karakter sehingga menciptakan suasana belajar yang mendukung," ujarnya.
Sementara itu, R. Tasya, salah satu pengamat pendidikan, menambahkan, dengan komitmen yang kuat dari semua pihak, disiplin positif dapat menjadi fondasi dalam membangun generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter kuat.
"Mari kita jadikan sekolah sebagai tempat yang tidak hanya mendidik, tetapi juga menginspirasi.”
SMP Negeri 2 Pasir Limau Kapas telah membuktikan bahwa disiplin bukan hanya soal hukuman, tetapi membangun kesadaran untuk bertanggung jawab. Pendekatan ini diharapkan dapat menjadi model bagi sekolah lain di Indonesia.
Editor :Tim Sigapnews