Sekolah Gratis Hanya Slogan, Orang Tua Masih Terbebani Biaya
Imam Fawaid dari Lembaga Formasi
Di tengah maraknya spanduk bertuliskan “Sekolah ini menyelenggarakan pendidikan gratis” yang terpampang di depan sekolah negeri, kenyataan di lapangan justru berbeda.
Masih banyak anak putus sekolah lantaran terbebani biaya, mulai dari seragam, buku, hingga pungutan gedung. Fakta ini disampaikan Imam Fawaid dari Lembaga Formasi saat ditemui di Banyuwangi, Selasa (9/10/2025).
Menurut Imam, praktik pungutan terselubung seperti pembelian Lembar Kerja Siswa (LKS) dan biaya tambahan sekolah negeri membuat pendidikan gratis hanya sebatas jargon.
“Kata sekolah gratis itu indah didengar, tapi pahit dirasakan. Gratis mestinya berarti tidak bayar, tapi kenyataannya orang tua tetap terbebani,” tegasnya.
Ia menyoroti ketidaksesuaian antara realita dan amanat konstitusi. Pasal 31 ayat (1) UUD 1945 menyatakan setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, sementara ayat (2) mewajibkan pemerintah membiayainya. Namun di lapangan, banyak anak terpaksa tidak sekolah karena keterbatasan ekonomi.
“Mereka bukan tidak mau belajar, tapi tidak bisa mengikuti pendidikan karena biaya. Ini jelas bertentangan dengan UUD,” ujar Imam.
Lebih lanjut, Imam menilai pemerintah seharusnya mengambil alih penuh penyediaan buku pembelajaran dan LKS secara gratis bagi seluruh siswa SD. Dengan langkah itu, pungutan liar bisa ditekan dan akses pendidikan dasar lebih merata.
“Kalau pemerintah pusat maupun daerah serius, semua anak bisa sekolah tanpa dihantui biaya tambahan,” katanya.
Imam juga mengibaratkan slogan sekolah gratis seperti tulisan “ngamen gratis” di warung makan. Menurutnya, kata gratis memang memiliki daya tarik luar biasa, namun seringkali hanya sekadar pencitraan.
“Kalau program sekolah gratis benar-benar diterapkan, banyak oknum akan merasa dirugikan karena tidak bisa lagi berbisnis di dunia pendidikan,” ujarnya.
Persoalan pendidikan tidak sepenuhnya soal keterbatasan anggaran, tambah Imam, melainkan terkait tata kelola keuangan negara. Ia menilai anggaran pendidikan belum ditempatkan sebagai prioritas belanja, bahkan rentan dikorupsi.
Dengan kondisi tersebut, Imam mendorong adanya perbaikan kebijakan agar pendidikan benar-benar gratis sesuai amanat konstitusi. “Selama biaya sekolah masih menghantui orang tua, sekolah gratis tidak lebih dari slogan kosong,” pungkasnya.
Penulis Opini :Imam Fawaid Lembaga Formasi
Editor :Tim Sigapnews