Buka Puasa: Lebih dari Sekadar Makan, Ini Makna Sesungguhnya!

Thonang Effendi Ketua Departemen Pendidikan Umum dan Pelatihan DPP LDII Pemerhati dan Praktisi Pendidikan Karakter Generus Bangsa
Setiap Ramadan tiba, umat Islam di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa dengan penuh keikhlasan. Di balik tantangan menahan lapar, haus, dan hawa nafsu, ada dua kegembiraan yang dijanjikan bagi mereka yang berpuasa.
Rasulullah SAW bersabda, "Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan: kegembiraan ketika berbuka dan kegembiraan ketika bertemu dengan Tuhannya kelak." (HR. Ibnu Majah). Hadits ini menegaskan bahwa kebahagiaan berbuka puasa bukan hanya soal makanan, tetapi juga tentang keberkahan dan janji kebahagiaan di akhirat.
Kenikmatan Berbuka Puasa: Kesyukuran atas Nikmat Allah
Setelah seharian menahan lapar dan dahaga, suara adzan maghrib menjadi momen yang paling dinantikan. Segelas air putih terasa lebih segar dari biasanya, sebutir kurma menjadi makanan yang begitu istimewa. Takjil seperti gorengan, kolak, dan aneka hidangan berbuka lainnya bukan hanya sekadar pelepas dahaga, tetapi juga pengingat betapa berharganya rezeki yang Allah berikan.
Momentum berbuka puasa mengajarkan nilai kesyukuran yang sering terlupakan dalam kehidupan sehari-hari. Bersyukur karena masih diberikan kesempatan beribadah, menikmati makanan, dan berkumpul bersama orang-orang terkasih.
Buka Puasa Bersama: Mempererat Tali Persaudaraan
Buka puasa bersama bukan hanya sekadar tradisi tahunan, tetapi juga ajang mempererat tali silaturahim. Baik itu bersama keluarga, sahabat, maupun kolega, kebersamaan dalam berbuka puasa mencerminkan nilai solidaritas dan kebersamaan dalam Islam.
Dalam psikologi sosial, kebersamaan ini menciptakan sense of belonging atau rasa memiliki. Ketika rasa ini tumbuh, akan muncul semangat melu hangrungkebi—yakni menjaga, membela, dan mempertahankan nilai-nilai kebersamaan demi kebaikan bersama.
Thonang Effendi Ketua Departemen Pendidikan Umum dan Pelatihan DPP LDII, menegaskan bahwa kebersamaan saat berbuka puasa mencerminkan esensi Islam sebagai agama rahmatan lil alamin.
"Buka puasa bersama bukan sekadar makan bersama, tetapi juga kesempatan untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah dan menumbuhkan kepedulian sosial," ujarnya.
Buka Puasa: Momentum Refleksi dan Syukur
Lebih dari sekadar makan dan minum, buka puasa menjadi momen refleksi diri. Islam mengajarkan pentingnya bersyukur dalam berbagai bentuk:
Bersyukur dengan hati, yaitu menerima segala nikmat Allah dengan ikhlas.
Bersyukur dengan lisan, yaitu mengucapkan Alhamdulillah dan mengungkapkan rasa terima kasih.
Bersyukur dengan perbuatan, yaitu menggunakan nikmat untuk berbuat baik dan meningkatkan amal kebaikan.
Allah SWT berfirman dalam QS. Ibrahim: 7, "Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepada kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." Hadits lain juga menegaskan, "Barang siapa yang tidak bersyukur kepada manusia maka dia tidak bersyukur kepada Allah." (HR. Tirmidzi).
Lebih dari Makanan, Ini Makna Sesungguhnya!
Di balik hidangan berbuka puasa, ada nilai-nilai luhur yang diajarkan. Tidak sekadar mengisi perut, tetapi juga mengisi hati dengan kebersamaan, persaudaraan, dan rasa syukur. Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang memperbaiki diri, meningkatkan kualitas ibadah, serta berbuat baik kepada sesama.
Maka, di setiap suapan pertama saat berbuka, mari kita ingat: ini bukan hanya tentang makanan, tetapi tentang keberkahan, kebersamaan, dan rasa syukur yang mendalam.
Penulis:
Thonang Effendi Ketua Departemen Pendidikan Umum dan Pelatihan DPP LDII
Pemerhati dan Praktisi Pendidikan Karakter Generus Bangsa
Editor :Tim Sigapnews