Misteri di Balik Evakuasi Juliana
Ringkasan Wawancara Khusus Agam Rinjani dengan 3 Channel YouTube

Foto Abdul Haris Agam atau Agam Rinjani (Dok. Pribadi)
Agam Rinjani Banjir Job! Diwawancarai oleh Dedy Corbuzier, YIM Official & Deny Sumargo: Ungkap Kondisi Medan, Biografi, Kesaksian & Strategi Khusus Tim SAR saat Evakuasi Juliana
SIGAPNEWS.CO.ID | LOMBOK TIMUR – Tragedi yang menimpa Juliana, pendaki asal Brazil pada 2 minggu lalu di area Cemara Nunggal Gunung Rinjani, mengguncang dunia petualangan dan menuntut upaya evakuasi penuh risiko.
Dalam 3 rangkaian wawancara eksklusif bersama Channel YouTube YIM Official (29/6/2025) yang telah ditotonton sebanyak 827 ribu kali & 23 ribu like dalam 3 hari. Kemudian Deddy Corbuzier (1/7/2025, pukul 13.00 WITA) telah ditonton hampir 2,7 Juta kali dengan 160 ribu like dalam 21 jam, dan Deny Sumargo (1/7/2025, pukul 21.00 WITA) telah ditonton vidionya sebanyak hampir 1,1 Juta kali & 42 ribu like setelah 14 jam, Abdul Haris Agam atau yang biasa dikenal sebagai Agam Rinjani membongkar seluruh lika-liku medan, strategi tim SAR, serta kisah hidupnya yang menginspirasi.
Kronologi Singkat Jatuhnya Juliana
20 Juni 2025, 08.00 WITA: Enam WNA, termasuk Juliana, berangkat dari Kantor TNGR Resort Sembalun menuju Pelawangan Sembalun.
21 Juni 2025, 03.00 WITA: Juliana bersama lima rekannya dan guide Ali Mustafa melanjutkan pendakian menuju puncak.
Sekitar 05.30 WITA: Setelah merasa kelelahan, Juliana diminta beristirahat oleh Ali Mustafa di area Cemara Nunggal. Ketika waktu yang dijanjikan telah terlewati, guide kembali dan menemukan cahaya senter di dasar jurang sedalam ±200 meter, tanda Juliana terperosok ke bawah tebing.
08.30 WITA: Tim SAR pertama berjumlah enam orang tiba untuk tindakan awal.
24 Juni 2025: Helikopter Amman dipimpin Hudi Purnomo berupaya mendekati lokasi, namun cuaca buruk terpaksa memulangkan kembali. Penggunaan drone thermal membantu memvisualisasikan posisi jenazah sekitar 400 meter dari titik awal jatuh. Pemerintah memperkirakan Juliana telah meninggal dunia.
1. Gambaran Medan Ekstrem & Persiapan Tim SAR
Dalam wawancara pertamanya dengan YIM Official, Agam menggambarkan betapa medan Cemara Nunggal menjadi neraka bagi tim penyelamat: tebing curam, batuan rapuh, dan cuaca yang dapat berubah drastis.
“Satu langkah salah, batu longsor dan membawa kita terjun bebas,” ujarnya.
Dukungan pemerintah Provinsi NTB memastikan alat kelengkapan dan personel tiba di lapangan. Namun evakuasi tetap dilakukan secara mandiri hingga 9 jam penuh, yang terhambat kabut, hujan batu, serta risiko hipotermia.
2. Latar Belakang & Semangat Nasionalisme
Lahir di Makassar (1988) dan alumni Antropologi Universitas Hasanuddin, Agam memilih menetap di Lombok sejak 2011. Dalam wawancaranya bersama Deddy Corbuzier, ia menuturkan bahwa kecintaannya pada Rinjani bukan sekadar hobi, melainkan panggilan misi kemanusiaan.
“Rinjani adalah rumah kedua saya,” katanya. Demi kehormatan bangsa, Agam dan tim membentangkan bendera Merah-Putih di lokasi evakuasi, sebuah simbol bahwa perjuangan ini adalah harga diri Indonesia di mata dunia.
3. Teknik & Inovasi dalam Evakuasi Vertical Rescue
Saat berbincang dengan Deny Sumargo, Agam membocorkan ‘strategi rahasia’ tim SAR:
Pembagian Beban Tali: Menggunakan sistem tali ganda agar distribusi berat jenazah lebih merata.
Penerapan Rappelling Profesional: Setiap anggota menjalani giliran penurunan dan pendakian kembali, demi menghindari kelelahan fatal.
Drone Thermal: Penentu titik presisi jenazah saat jarak pandang terbatas.
“Inovasi kecil ini menyelamatkan waktu dan tenaga,” jelasnya. Namun, keterbatasan armada udara yaitu helikopter yang dipaksa balik oleh cuaca, telah membuktikan evakuasi di Rinjani tak pernah mudah.
4. Kisah Perjuangan & Dedikasi Tanpa Pamrih
Cerita Agam tak hanya soal teknik, tetapi juga solidaritas antarporter. Ketika evakuasi memuncak, para porter saling berbagi makanan dan air di jalur sempit, memperlihatkan nilai kemanusiaan yang mendalam. Agam mengaku merinding saat melihat rekan-rekannya menahan dingin ekstrim demi satu tujuan: memulangkan jenazah Juliana dengan penuh hormat.
5. Refleksi & Harapan Pengelolaan Masa Depan
Di akhir sesi bersama ketiga interviewer, Agam menegaskan pentingnya:
Pelatihan Mountain Rescue Terstruktur: Untuk kesiapan tim lokal dan nasional.
Pemasangan Alat Pengaman Permanen: Besi pegangan di titik rawan longsor.
Pendataan Detil Pendaki: Kondisi fisik, pengalaman, hingga kebutuhan medis khusus.
“Rinjani harus menjadi contoh pengelolaan gunung yang aman dan profesional,” tutupnya dengan nada optimis.
Penutup
Tragedi Juliana mengajarkan banyak hal tentang risiko pendakian dan nilai kemanusiaan. Melalui tiga wawancara eksklusif, Agam Rinjani membuktikan bahwa di balik medan paling ekstrim, keberanian, solidaritas, dan inovasi mampu menjembatani jarak antara tragedi dan penghormatan terakhir. Semoga kisah ini memacu langkah kolaboratif antara pemerintah, komunitas lokal, dan petualang, demi Rinjani yang lebih aman bagi setiap insan pencinta alam.
Editor :Tim Sigapnews